Selasa, 05 April 2011

Sinetron =Tontonan Perusak Generasi, santapan mata sehari-hari.

Tanpa menafikan adanya manfaat. Hanya saja madhorotnya lebih besar dan nyata.
Tayangan tayangan di televisi kian menghancurkan martabat bangsa dan generasi negri ini. Hampir tiada hari tanpa sinetron dan infotaiment. Hampir tiada sinetron tanpa kisah anak gadis hamil diluar nikah, hampir tiada infotaiment tanpa kisah pacaran, putus-nyambung kawin–cerai selebritis yang semua itu adalah perkara yang di benci Allah dan Rasulnya.

Dan... efek dari semuanya ini langsung dibuktikan dalam "buser", "sergap", "investigasi" dll pemerkosaan, perampokan, pembunuhan dan berbagai kejahatan lain sebagaimana yang dicontohkan dalam sinetron. Sungguh nyata dan terbukti sukses. Mereka yang merancang program tayangan, mereka yang menayangkan bukti efek dan akibatnya. Demi perut, menunjukkan kebodohan diri tanpa malu. 

Bahasa bahasa yang nampak keren dan ngetrend tersebut sesungguhnya nampak indah hanya bagi hati dan pikiran yang telah rusak, bagi yang nuraninya telah mati. Sinetron yang ada hanya karya karya murahan, jiplakan, dan tak bermutu hanya untuk mengeruk keuntungan materi tanpa peduli nasib generasi. Malang nian  demi perut sanggup merusak generasi dan negrinya sendiri. Sanggup menempuh dosa.

Infotaiment bahasa lain yang mudah dipahami adalah ghibah. Allah telah menjelaskan ghibah itu artinya memakan bangkai saudara sendiri. Allah juga telah memberikan contoh nyata "hadits ifki" menyebar isu adalah sebuah dosa besar. Allah dan Rasulnya justru mengajarkan kebaikan bahwa aib saudaranya itu selayaknya ditutupi. "Man satara musliman satarallahu yaumal qiyamah" Barang siapa yang menutupi aib saudaranya maka Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat.

Saudaraku... kaum muslimin masihkah menikmati tontonan perusak generasi dan menghancurkan negri ini ? (mutiara-amaly)

Jangan sia-siakan waktu kita !, Sudah cukupkah bekal kita menuju Akhirat ?



Dalam satu putaran hari, ada waktu-waktu yang mulia. Waktu-waktu yang sangat bernilai. Waktu malam dikhususkan oleh Allah untuk hamba-hambanya mendekatkan diri mereka kepadaNya. Ia adalah waktu yang sangat baik untuk beribadat, ketika manusia semua sedang tidur lena, seorang hamba bermunajat berseorangan dengan Robb Penciptanya, berlinangan air matanya mengenangkan segala dosanya, cinta untuk bertemu dengan Tuhan Rabbul Alamin.
Itu ciri-ciri orang-orang yang dekat pada Allah. Dan diwaktu keheningan malam itulah, Allah memperkenankan permintaan hamba-hambanya.
Bersabda Rasulullah s.a.w :
Artinya: “Sesungguhnya didalam malam itu ada satu waktu yang mana tidak bertemu seorang Mukmin waktu tersebut, dia meminta dan Allah kebaikan di dunia dan akhirat, kecuali diperkenankan Allah permintaan tersebut.”
Dan sabda Rasulullah s.a.w lagi:
Artinya: Turun (rahmat) Allah pada langit dunia ketika tinggal sepertiga malam, maka Allah menyeru: “Adakah orang-orang yang berdoa maka akan Aku perkenankan, adakah orang-o rang yang meminta maka akan Aku berikan kepadanya, adakah orañg-orang yang meminta ampun dan beristighfar maka akan Aku ampunkannya? Sekiranya terlewat dan melakukan ibadah pada waktu malam, peluang untuk beribadat pada waktu berikutnya yang afdhal yaitu waktu selepas sholat Subuh hingga terbit matahari.”
Rasulullah s.a.w bersabda:
Artinya: Siapa yang melakukan sholat Subuh berjamaah, kemudian berzikir kepada Allah sampai matahari terbit, lalu ia bersembahyang lagi dua rakaat adalah seperti Beberapa Catatan Harian Pilihan pahala haji dan umrah yang sempurna.
Namun  Allah itu Maha Pengasih. jika terlepas dan waktu yang afdhal ini, Allah telah menyediakan waktu sebelum tenggelam matahari sebagai waktu yang baik untuk mengingatiNya. Firman Allah s.w.t dalam surah Toha, ayat 130:
Artinya: Oleh itu, bersabarlah akan apa yang mereka katakan, dan beribadatlah dengan memuji Robbmu sebelum matahari terbit dan sebelum terbenamnya; dan beribadatlah pada saat-saat dan waktu malam dan pada sebelah-sebelah siang; supaya engkau reda.
 Jika kita terlepas juga waktu ini, Allah telah  menyediakan untuk kita waktu antara Maghrib dan Isya. Ia adalah waktu yang sangat balk untuk mengerjakan sholat, membaca Al-Quran, mempelajari ilmu-ilmu agama dan berzikir mengingati Allah. Inilah peluang terakhir waktu yang afdhal untuk beribadat sebelum kita masuk tidur. Janganlah kita lepaskan peluang terakhir dalam sehari itu.
Dalam satu minggu, Allah telah mengkhususkan hari Jumat sebagai sayyidul ayyam, penghulu segala hari. Hari Jumat adalah hari yang Allah gandakan ganjaran amalan baik hamba-hambanya yang sholeh. Yang mengisi malam Jumat dengan memperbanyak ibadat, yang bersegera pergi ke masjid seawal waktu yang mungkin untuk merebut ganjaran pahala yang besar. Yang mendengar khutbah Jumaat dengan khusyuk, yang bersedekah kepada orang-orang miskin pada hari Jumaat. Mereka itulah orang-orang yang mendapat ganjaran yang besar dan Allah s.w.t. Jika kita terlepas dan melakukan amal-amal sholeh tadi, maka berazam untuk melakukannya pada Jumat yang akan datang.
Firman Alloh SWT
Bergegas gegaslah kamu dalam keadaan ringan ataupun berat .‘(QS.At-Taubah :41)
Merupakan suatu Penyesalan kelak di akhirat, di waktu seorang hamba menghadap Allah Swt. Kesibukan dunia yang dikerjakannya dan tidak ada habisnya sehingga tidak mampu menambah amal ibadahnya.
Jangan lah sia-siakan waktu kita hanya untuk mencari harta dan kesibukan dunia hanya untuk kesenangan sesaat yang memperdayakan. Lagipula dunia ini jika kita turuti kemauan hawa nafsu kita tidak akan pernah ada habisnya dan hanya akan menyibukkan pelakunya sampai dia menemui ajal, dan diakhirat hanya tinggal penyesalan yang tidak berguna. Harta kita dan anak-anak kita adalah amanah dari Alloh SWT untuk kita jaga dan akan kita pertanggung jawabkan semua itu diakhirat kelak, supaya kita tidak termasuk kaum yang merugi. maka sebaiknya kita tidak mencari dunia ini berlebih-lebihan. dan alangkah lebih baik lagi sebagian dari harta kita, kita sodaqohkan kepada saudara kita yang tidak mampu, dan luangkanlah waktu untuk anak-anak kita untuk mengajari mereka akhlaq yang baik sehingga mereka menjadi anak sholeh yang mau mendo’akan kedua orang tuanya. Jika kita hanya sibuk mencari harta, lalu kapan ada waktu untuk kita beramal sholeh dan waktu untuk mengajari anak-anak kita akhlaq yang baik.
Firman Alloh SWT
“Pada hari itu tidak ada gunanya harta dan anak anak, kecuali yang datang menghadap Allah dengan hati yang damai.” (QS. Asyu’ara : 89). (Ref : Mutiara Amaly)

Alkisah nyata : memesan kamar di hotel neraka jahanam

Menurut majalah “MANAR ISLAM” dari Iskandariah (mesir) , pada suatu hari, seorang gadis yang terpengaruh dengan cara hidup masyarakat Barat menaiki sebuah bis mini untuk menuju ke tujuan di wilayah Iskandariah. Malangnya walaupun tinggal di bumi yang terkenal dengan tradisi keislaman, pakaian gadis tersebut sangat menyolok mata. Bajunya agak tipis dan terlihat seronok hampir terlihat segala yang patut disembunyikan bagi seorang perempuan dan pandangan kaum lelaki atau mahramnya.
Gadis itu dalam usia sekitar 20 tahun. Di dalam bis itu ada seorang tua yang dipenuhi uban menegurnya. Wahai pemudi! Alangkah baiknya jika kamu berpakaian yang baik, yang sesuai dengan ketimuran dan adat serta agama Islam kamu, itu lebih balk daripada kamu berpakaian begini yang pastinya menjadi mangsa pandangan liar kaum lelaki nasihat orang tua itu.
Namun, nasihat yang sangat bertepatan dengan tuntutan agama itu dijawab oleh gadis itu dengan jawaban mengejek. “Siapalah kamu hal orang tua? Apakah di tangan kamu ada anak kunci syurga? Atau adakah kamu memiliki sejenis kuasa yang menentukan aku bakal berada di syurga atau neraka?” Setelah menghamburkan kata-kata yang sangat mengiris perasaan orang tua itu, gadis itu tertawa mengejek panjang. Tidak cukup dengan itu, Si gadis lantas coba memberikan telefon genggamnya (Handphone) kepada orang tua tadi sambil mengucapkan kata kata yang lebih dahsyat.
“Ambil handphone ku ini dan hubungilah Allah serta tolong pesankan sebuah kamar di neraka jahannam untukku,” katanya lagi lantas ketawa terkekeh-kekeh tanpa mengetahui bahwasanya dia sedang mempertikaikan hukum Allah dengan begitu biadab. Orang tua tersebut sangat terkejut mendengarjawaban dan si gadis manis.
Sayang wajahnya yang ayu tidak sama dengan perilakunya yang buruk. Penumpang-penumpang yang lain turut terdiam ada yang menggelengkan kepala kebingungan. Semua yang di dalam bis tidak menghiraukan gadis yang masih muda yang tidak menghormati hukum Alloh itu
dan mereka tidak mau menasehatinya karena khawatir dia akan menghina agama dengan Iebih parah lagi. Sepuluh menit kemudian bis pun tiba di perhentian. Gadis Seronok bermulut lancang tersebut di dapati tertidur di muka pintu bis. Pemandu bis termasuk para penumpang yang lain membangunkannya tapi gadis tersebut tidak sadarkan diri. Tiba tiba orang tua tadi memeriksa nadi si gadis. Sedetik kemudian dia menggelengkan kepalanya. “Gadis itu telah kembali menemui Robbnya dalam keadaan yang tidak disangka”. Para penumpang menjadi cemas dengan berita yang menggemparkan itu.
Dalam suasana kelam kabut itu, tiba tiba tubuh gadis itu terjatuh ke pinggir jalan. Orang orang segera berbuat untuk menyelamatkan jenazah tersebut. Tapi sekali lagi mereka terkejut. Sesuatu yang aneh menimpa jenazah yang terbujur kaku di jalan raya. Mayatnya menjadi hitam seolah olah dibakar api. Dua tiga orang yang coba mengangkat mayat tersebut juga keheranan karena tangan mereka terasa panas dan hampir terbakar begitu menyentuh tubuh si mayat.
Akhirnya mereka memanggil pihak keamanan untuk mengurusi mayat itu. Apakah hasratnya memesan sebuah kamar di neraka jahanam dikabulkan Allah? Nauzubillah, sesungguhnya Allah itu Maha Berkuasa di atas segala sesuatu. Sangat baik kita jadikan ikhtibar dan pelajaran dengan kisah nyata ini sebagai muslim sejati. “Jangan sekali-kali kita mempertikaikan hukum Allah maupun sunnah Rasul-Nya Saw dengan mempersendakan atau ejekan. Sesungguhnya Azab Alloh amat pedih”.  (Sumber : Majalah Mutiara Amaly)

Tanda Kiamat, Pengkhianat diberi Amanat





Suatu ketika, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda dan didengar oleh Abdullah bin Amru, kata beliau:
“Kiamat tidak akan terjadi sampai merajalelanya omongan kasar dan saling umpat, pemutusan tali rahim serta buruknya hubungan antar tetangga, dan sampai pengkhianat diberi amanat sedang yang terpercaya di anggap pengkhianat.”  (HR. Ahmad)
Prediksi Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam akan senantiasa terbukti.  Kalau para shahabat dahulu hanya bisa merasakan kekhawatiran akan munculnya tanda-tanda kiamat, saat ini kita ditakdirkan menjadi generasi umat ini yang menyaksikannya. Omongan kasar dan umpatan, pemutusan silaturahmi dan buruknya hubungan dengan tetangga, gambaran nyatanya dapat kita saksikan setiap hari. Omongan kasar  danmesummenjadi bumbu di setiap obrolan, anak bersengketa dengan bapaknya bahkan tega membunuhnya, ibu-ibu membunuh atau membuang bayinya, individualisme yang semakin parah serta hubungan tetangga yang buruk. Tetangga yang semestinya menjadi ‘saudara dekat’, tak jarang malah jadi rival abadi. Tak pernah rukun meski satu Rukun Tetangga (RT). Kini, fenomena-fenomena buruk semacam itu laksana kawah lumpur yang menyemburkan kotoran ke muka bumi, saban hari.
Ditambah tanda yang terakhir, lumpur-lumpur yang menyembur pun kian pekat warnanya dan makin menusuk baunya. Dari semua fenomena akhir zaman yang disebutkan dalam hadits di atas, sepertinya tanda yang terakhir memiliki dampak paling merugikan, tidak hanya bagi yang melakukan, yang tidak tahu apa-apa pun akan merasakan akibatnya.
“Pengkhianat justru diberi amanat”, kalau yang dimaksud sekadar amanat berupa barang titipan, lalu yang dititipi kabur membawa titipan itu, dampak buruknya tidaklah seberapa. Tapi jika amanat yang dimaksud adalah amanat kepemimpinan dan jabatan, apalagi jabatan dalam skup negara tentu akan lain urusannya. Dampak buruknya akan jauh lebih besar dan mengenai banyak orang. Kalau pejabat tidak amanat dan suka korupsi, rakyat yang tidaktahu apa-apa akan merasakan dampaknya berupa terpuruknya perekonomian.
Imam al Qurthubi dalam kitabnya “at Tadzkirah” menjelaskan:
“Apa yang Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam beritakan kepada kita dalam bab ini(hadits ini) dan yang lainnya, dari apa yang telah terjadi dan yang akan datang, kebanyakan di antaranya sudah muncul dan merajalela di tengah manusia. Jabatan diembankan kepada orang yang bukan ahlinya hingga jadilah orang-orang yang memimpin justru manusia-manusia rendahan, orang-orang kelas budak dan manusia-manusia bodoh. Mereka menguasai negeri dan kepemerintahan, dengan itu mereka menumpuk harta dan meninggikan gedung-gedung, sebagaimana yang bisa kita saksikan pada zaman ini. Mereka tidak mau mendengarkan nasihat dan tidak pernah istirahat dari maksiat. Mereka adalah manusia-manusia bisu, tuli dan buta.” (I/726)
Jika pada zaman Imam al Qurthubi saja fenomena ini bisa dirasakan, di zaman ini tentunya jauh lebih nyata wujudnya. Sekarang ini orang begitu mengagungkan demokrasi. Semua orang berhak dan merasa berhak menjadi pemimpin dan pejabat. Kompetensi diri, skill manajemen dan leadership bukanlah syarat penentu terpilihnya seseorang. Lebih-lebih soal apakah mereka adalah orang yang amanah atau tidak, lebih tidak menjadi bahan pertimbangan. Uang dan pengaruhlah yang menjadi juri penentu kemenangan.Yang lebih mampu mencetak banyak pamflet, spanduk, banner, bendera partai, menggelar acara-acara kepartaian dan memberikan sokongan dana, dialah yang berpeluang mendapat kursi jabatan. Atau kalaupun yang menjabat adalah orang yang benar-benar mampu dan bukan yang menyokong dana, kebijakan-kebijakannya pun tidak akan jauh-jauh dari pesanan “orang tua asuh”-nya yang telah mendanai.
Karenanya tidak mengherankan jika setelah menjabat, fokus utamanya bukanlah menunaikan amanah tapi lebih kepada usaha mengembalikan modal yang harus keluar dimasa perjuangan merebut suara. Sekarang, pagelaran drama dengan tema “mengembalikan modal dengan cepat” itu tersaji dalam potongan-potongan berita korupsi, suap dan permainan hukum. Sekian puluh pejabat yang ditangkap karena suap, mata rantai mafia hukum yang menyeret pejabat satu demi satu, korupsi yang dilakukan secara berjamaah dan sistemik membuktikan bahwa mereka adalah “al kha`inun al mu`tamanun” para pengkhianat yang diberi kepercayaan. Selain itu, seperti dikatakan imam al Qurthubi di atas, banyak kegiatan-kegiatan yang tidak penting semisal pembangunan gedung tinggi nan mewah menjadikanpengkhianatan itu kian jelas terpampang diatas lukisan kemiskinan rakyat.
Sebaliknya, “yukhawanul amin” orang-orang yang terpercaya dianggap sebagai pengkhianat. Orang-orang yang jujur dan berusaha amanah, adalah ‘parasit’ dalam sistem yang korup. Perangkap demi perangkap pun akan dipasang guna menjatuhkan mereka dari jabatannya. Apalagi yang berani gembar-gembor menghapus korupsi dan mengambil langkah nyata untuk itu, ancamannya akan lebih besar.
Wallahul musta’an. Inilah realita yang harus kita hadapi. Cukup sulit menjelaskan bagaimana solusi untuk keluar dari masalah ini. Masalah pengkhianatan dalam jabatan bukan problem ringan. Ditambah dengan munculnya berbagai keburukan akhir zaman yang lain, persoalan jadi kian runyam. Ada banyak hal yang harus kita hindari serta waspadai sekaligus menjadi PR bagi kita, dan begitu sedikitnya teman yang bisa menguatkan. Barangkali hanya semangat dan keyakinan untuk tetap menjaga iman serta usaha perbaikan sesuai kemampuanlah yang bisa kita lakukan. Harapannya, kita bisa selamat sampai di penghujung periode hidup yang kita tempuh.Wallahua’lam. (ar-risalah)