Kamis, 29 Desember 2011

TANDA KIAMAT : Kembalinya penyembah berhala

“Belum terjadi kiamat sehingga orang-orang dari umatku kembali menyembah berhala-berhala selain Allah.
(Hadits sahih Riwayat Imam Abu Dawud )






PELAJARAN DARI HADITS :
Bagi kaum jahiliyah,berhala adalah tuhan mereka. Berhala dijadikan tempat meminta pertolongan dan keselamatann hidup,padahal mereka sendiri yang membuat berhala tersebut. Ajaran Islam sangat menentang tindakan yang sangat tak masuk akal tersebut. Bagaimana mungkin benda yang tidak mempunyai kekuatan apapun tidak melihat tidak mendengar mereka sembah-sembah. Kelak fenomena ini akan terjadi kembali,tepatnya menjelang hari kiamat tiba.

Banyak riwayat Hadits yang menjelaskan hal ini,yaitu kembalinya manusia pada keyakinan masa jahiliyah, yaitu menyembah berhala. Semua riwayat itu adalah shahih dan berdasarkan kepada Nabi Muhammad Saw. Salah satunya adalah yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, yang berbunyi,
"Kiamat tidak akan terjadi sampai tangan dan kali perempuan suku Daus menari di halaman Dzulkhilshah,yaitu berhala yang di sembah dizaman Jahiliyah. Ada sebuah Hadits lagi yang di riwayatkan Al-Barqani yang bersumber pada Nabi,yang berbunyi," Kiamat tidak akan terjadi sebelum ada suatu kaum dari umatku mengikuti orang-orang musyrik dan beberapa kelompok dari umatku menyembah berhala."

Hal senada juga terdapat dalam kitab Shahih Muslim,disebutkan bahwa Aisyah mendengar Rasulullah saw-bersabda,"Malam dan siang tidak akan hilang sampai 'lata dan uzza disembah."

Hadits tersebut memeberi gambaran bahwa kiamat akan terjadi setelah penyembah berhala pasca-jahiliyah dianut kembali. Sesuai dengan sumber hadits diatas pula nampak bahwa berhala yang akan disembah manusia kelak adalah Dzulkhilshah,Lata,dan Uzza- tanpa menutup kemungkinan ada jenis berhala-berhala yang lain. Semua jenis berhala ini adalah berhala-berhala yang juga disembah pada zaman jahiliyah dulu. Berhala berhala ini kemudian dihancurkan oleh Nabi Ibrahim as.ketika hendak menjadikan Ka'bah sebagai arah kiblat umat Islam. Sampai era Nabi Muhammad saw-semua jenis berhala ini masih ada dan disembah oleh orang-orang Quraisy.
Sekarang, berhala-berhala itu tidak bisa ditemukan, sekalipun di Makkah. Sebab,selain sudah dihancurkan oleh ajaran Islam kala itu, pola pikiran modern juga mengharuskan para penyembah berhala harus menyingkir dari wilayah perkotaan. Sebagian besar para penyembah berhala pindah kepedesaan yang berfikiran irasional (tidak masuk akal), tetapi itu juga bentuknya lebih lebih pada penyembahan pada pohon,tempat keramat dan sebagainya.

Disinilah bedanya,penyembah berhala zaman Jahiliyah dulu adalah orang-orang Quraisy zaman Nabi terkenal dengan pola pemikiran yang sangat maju. Sebab,mereka adalah kaum pedagang. Sementara penyembah berhala zaman sekarang lebih banyak didominasi oleh mereka yang berfikiran tradisional dan anti kemapanan. Mereka adalah golongan petani yang hidupnya percaya pada hal mistik.  

Lantas, bagaimana para penyembah berhala di masa yang akan datang,tepatnya menjelang Kiamat tiba?
Satu hadits pun tidak ada yang menjelaskannya,apakah para penyembah berhala adalah orang-orang yang berfikiran maju atau tradisional. Tetapi,yang jelas,siapa pun akan berkesimpulan sama bahwa orang yang menyembah berhala atau benda mati adalah perbuatan bodoh.

Tapi,bagaimana kita bisa mengatakan orang Quraisy adalah masyarakat bodoh,sementara mereka adalah orang yang berfikiran maju. Mereka bodoh dalam hal spiritual (ibadah), sementara cerdas dalam hal intelektual. Kehadiran Islam ditengah mereka dianggap suatu hal yang baru. Bagi mereka,terutama para penguapanya,melepaskan agama nenek moyangnya sama saja dengan melepas jabatan dan kehormatan. Dengan begitu mereka lebih baik bertahan pada keyakinan lamanya,walaupun hati mereka membenarkan ajaran yang di bawa Nabi Muhammad saw.

Melihat sejarah penyembah berhala terdahulu, maka yakinlah kita apabila keyakinan terhadap berhala dihidupkan lagi,maka pada saat itulah perbudakan akan terjadi di mana-mana! Maka biasanya wanita yang menjadi korban karena dia ibarat boneka yang bisa di permainkan oleh siapa saja. Kita tidak bisa menolak,bahwa kelak fenomena berhala akan kembali hidup, yaitu menjelang Kiamat. Pada saat itu kebenaran sangat sulit di dapat. Manusia tidak lebih baik dari binatang,yang bebas melakukan perzinahan di jalanan.

Al-Bazzar dalam musnad-nya dan Ibnu Hiban dalam shahih-nya meriwayatkan dari Abdullah Ibnu Umar bahwa Rasulullah saw-bersabda,"Kiamat tidak akan terjadi hingga orang-orang bersenggama dijalan seperti keledai." Abdullah ibnu Umar bertanya,"Itu sungguh terjadi?" beliau Saw-menjawab,"Ya,itu sungguh terjadi."
Dalam konteks sekarang,apakah terminologi berhala identik dengan patung-patung atau benda yang sifatnya bukan informatif-yang tidak bisa memberikan informasi,seperti TV,internet,handphone dan sebagainya.

Pada prinsipnya,berhala lebih dikonotasikan pada patung atau benda antik lainnya yang dianggap keramat. Seiring dengan perubahan zaman,pengertian semacam ini sebenarnya bisa berkembang. Berhala bisa saja diartikan dengan benda-benda teknologi bermutu tinggi,yang kemudian disembah-sembah dan didewajan. Pengartian ini lebih pas atau korelatif (berhubungan) bila dihubungkan dengan konteks sekarang.

Sekarang,hampir setiap hari kita nonton TV,surving internet,handphone,telpon,komputer dan sebagainya.
Sekarang,kita begitu mudah mengakses gambar wanita seksi dan sensual dengan gratis di internet, atau mungkin artis-artis dan penyanyi yang “membius” para penggemarnya tiap kali beraksi diatas panggung sampai lupa diri, dan inilah yang sekarang di puja-puja sebagai buatan manusia yang mengagungkan. Bagaimana fenomena berhala masa depan,apakah lebih canggih lagi di bandingkan sekarang? Kita tidak bisa memastikan.
Kalau boleh menebak, keadaan lebih berbahaya dibandingkan sekarang. Kalau dulu berhala itu berupa patung (benda mati) barangkali  berhalanya orang modern adalah benda hidup, persis gambaran jaman sekarang ini para remaja yang memberhalakan artis idolanya apalagi pada waktu berhalanya menunjukkan kebolehannya dipanggung mereka histeria seakan-akan melihat tuhannya, naudzubillah.

Minggu, 25 Desember 2011

HUKUM MENGUCAPKAN SELAMAT NATAL = HARAM !

 

Mengucapkan selamat kepada hari raya orang kafir adalah haram karena merupakan prilaku tasyabuh dan perbuatan bid'ah besar selain itu merupakan perkara yang mendukung / meridhoi kemungkaran. menukil perkataan para Ulama berikut :
§  Ibnul Qayim rahimahullah berkata: mengucapkan selamat kepada syiar agama orang kafir adalah haram berdasarkan kesepakatan. Seperti mengucapkan selamat atas hari raya dan puasa mereka dengan mengatakan 'Ied Muharak 'Alaik (hari raya penuh berkah atas kalian) atau selamat bergembira dengan hari raya ini dan semisalnya. Jika orang yang berkata tadi menerima kekufuran maka hal itu termasuk keharaman, statusnya seperti mengucapkan selamat bersujud kepada salib. Bahkan, di sisi Allah dosanya lebih besar dan lebih dimurkai daripada mengucapkan selamat meminum arak, selamat membunuh, berzina, dan semisalnya. Banyak orang yang tidak paham Islam terjerumus kedalamnya semantara dia tidak tahu keburukan yang telah dilakukannya. 

§  Ibnul Qayyim dalam "Ahkam Ahludz Dzimmah" berkata : "Adapun tahni'ah (mengucapkan selamat) atas syi'ar-syi'ar kaum kuffar yang khusus bagi mereka, maka hal ini haram dengan kesepakatan para ulama. Misalnya memberi ucapan selamat atas hari-hari raya mereka dan puasa mereka, dengan ucapan seperti "Eid Mubarak (Selamat hari raya!)", atau selamat hari ini dan itu, maka hal ini seandainya pun orang yang mengucapkannya selamat dari kekafiran, ia tetap melakukan suatu hal yang diharamkan. Yaitu, telah memberi ucapan selamat atas penyembahan mereka kepada salib, yang mana hal tersebut bahkan perbuatan yang paling tercela di sisi Allah, lebih-lebih lagi memberi ucapan selamat atas perbuatan mereka dalam meminum khamr dan membunuh jiwa-jiwa tanpa hak, berbuat zina dan berbagai perbuatan haram lainnya. Kebanyakan orang yang awam dalam masalah agama terjatuh dalam perbuatan tersebut, dan tidak mengetahui keburukan perbuatan tersebut. Maka barangsiapa yang mengucapkan selamat kepada seorang hamba atas maksiatnya, atau bid'ah dan kekufuran yang telah ia lakukan, maka ia menghadapi kemurkaan Allah"

§  Ibnu Taimiyah, Ibnul Qoyyim dan para pengikutnya seperti Syeikh Ibn Baaz, Syeikh Ibnu Utsaimin—semoga Allah merahmati mereka—serta yang lainnya seperti Syeikh Ibrahim bin Muhammad al Huqoil berpendapat bahwa mengucapkan selamat Hari Natal hukumnya adalah haram karena perayaan ini adalah bagian dari syiar-syiar agama mereka. Allah tidak meredhoi adanya kekufuran terhadap hamba-hamba-Nya. Sesungguhnya didalam pengucapan selamat kepada mereka adalah tasyabbuh (menyerupai) dengan mereka dan ini diharamkan.


§  Ibnu Taimiyah dalam kitab “Iqtidhâ' Shirâti'l Mustaqîm, Mukhâlafatu Ashâbi'l Jahîm,” (Dar el-Manar, Kairo, cet I, 2003, hal 200) juga melarang untuk ber-tasyabbuh dengan hari besar kaum kafir, karena hal itu akan memberikan efek 'lega', bahwa umat Islam 'membenarkan' kesesatan yang mereka lakukan.

§  Para ulama yang wirai (yang selalu meninggalkan sesuatu yang bisa membayakan agamanya) menghindari ucapan selamat kepada pemimpin dzalim dan ucapan selamat memegang jabatan hakim, pengajar, dan fatwa kepada orang bodoh, karena menjauhi kemurkaan Allah dan dipandang rendah oleh-Nya." (Ahkam Ahlidz Dzimmah, 1/144-244)

§  Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah ditanya: "Apa hukum mengucapkan selamat hari raya Natal kepada orang kafir?" Beliau menjawab: "Mengucapkan selamat hari natal kepada orang Kristen atau ucapan selamat atas hari raya keagamaan mereka lainnya adalah sepakat haram." (Rasail Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin, 3/44). 

§  Fatwa Syeikh Al-'Utsaimin Sebagaimana terdapat dalam kitab Majma’ Fatawa Fadlilah Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin, (Jilid.III, h.44-46, No.403),
disebutkan bahwa: "Memberi selamat kepada mereka hukumnya haram, sama saja apakah terhadap mereka (orang-orang kafir) yang terlibat bisnis dengan seseorang (muslim) atau tidak. Jadi jika mereka memberi selamat kepada kita dengan ucapan selamat hari raya mereka, kita dilarang menjawabnya, karena itu bukan hari raya kita, dan hari raya mereka tidaklah diridhai Allah." Hal itu merupakan salah satu yang diada-adakan (bid’ah) di dalam agama mereka, atau hal itu ada syari’atnya tapi telah dihapuskan oleh agama Islam yang Nabi Muhammad SAW telah diutus dengannya untuk semua makhluk.”

§  Fatwa Lajnah Daimah lil Buhutsi wal Ifta' (Dewan Riset dan Fatwa) Saudi Arabia
“Tidak boleh bagi seorang muslim mengucapkan selamat kepada orang kristen dengan hari‐hari besar mereka, karena hal itu termasuk tolong menolong terhadap perbuatan dosa dan kita dilarang dalam hal itu. Firman Allah Subhanahu wa ta’ala (yang artinya) :"Dan tolong‐menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong‐menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa‐Nya." (QS. al‐Maidah:2)”

 

§  Imam al-Amidi dan Qadli Abu Bakar al-Khalal menyatakan,”Kaum Mmuslim dilarang keluar untuk menyaksikan hari raya orang-orang kafir dan musyrik.” (Ibnu Tamiyyah, Iqtidhâ’ al-Shirâth al-Mustaqîm, hal.201).

§  Imam Malik menyatakan, “Kaum Muslim telah dilarang untuk merayakan hari raya orang-orang musyrik atau kafir, atau memberikan sesuatu (hadiah), atau menjual sesuatu kepada mereka, atau naik kendaraan yang digunakan mereka untuk merayakan hari rayanya. Sedangkan memakan makanan yang disajikan kepada kita hukumnya makruh, baik diantar atau mereka mengundang kita.” (Ibnu Tamiyyah, Iqtidhâ’ al-Shirâth al-Mustaqîm, hal. 201).

§   Abu al-Qasim al-Thabari mengatakan, “Tidak diperbolehkan bagi kaum Muslim menghadiri hari raya mereka karena mereka berada dalam kemunkaran dan kedustaan (zawr). Apabila ahli ma’ruf bercampur dengan ahli munkar, tanpa mengingkari mereka, maka ahli ma’ruf itu sebagaimana halnya orang yang meridhai dan terpengaruh dengan kemunkaran itu. Maka kita takut akan turunnya murka Allah atas jama’ah mereka, yang meliputi secara umum. Kita berlindung kepada Allah dari murka-Nya (Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Ahkâm Ahl al-Dzimmah, juz 1. hal. 235).


§  Abdul Malik bin Habib, salah seorang ulama Malikiyyah menyatakan, “Mereka tidak dibantu sedikit pun pada perayaan hari mereka. Sebab, tindakan merupakan penghormatan terhadap kemusyrikan mereka dan membantu kekufuran mereka. Dan seharusnya para penguasa melarang kaum Muslim melakukan perbuatan tersebut. Ini adalah pendapat Imam Malik dan lainnya. Dan aku tidak mengetahui perselisihan tentang hal itu” (Ibnu Taimiyyah, Majmu’ al-Fatâwâ, juz 6 hal 110).

§  Pada masa pemerintahan Khalifah ‘Umar bin al-Khaththab, beliau juga telah melarang kaum muslim merayakan hari raya orang-orang kafir. Imam Baihaqiy telah menuturkan sebuah riwayat dengan sanad shahih dari ‘Atha’ bin Dinar, bahwa Umar ra pernah berkata, “Janganlah kalian menmempelajari bahasa-bahasa orang-orang Ajam. Janganlah kalian memasuki kaum Musyrik di gereja-gereja pada hari raya mereka. Sesungguhnya murka Allah swt akan turun kepada mereka pada hari itu.” (HR. Baihaqiy).


§  Umar bin al-Khaththtab ra juga mengatakan:  “Jauhilah musuh-musuh Allah pada di hari raya mereka.”



JAWABAN SYUBHAT

Mungkin ada yang berkata, “Masak mengucapkan Selamat Natal saja haram?” Menurut kita mungkin kecil. Tapi di sisi Allah ucapan yang sesat itu besar dosanya. Coba lihat firman Allah SWT berikut :
Mereka berkata: “Tuhan Yang Maha Pemurah mempunyai anak.”
Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar, hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh”
[Maryam 88-90]

Bukankah artinya mengucapkan selamat Natal artinya sama dengan ridha atau setuju bahwa Allah itu punya anak dan membenarkan nabi Isa (orang kristen menyebut yesus) itu mati disalib lalu dijadikan sesembahan, Naudzubillah

Jika ada "ketidak enakan" kepada saudara atau kerabat yang non muslim karena hal itu maka ketahuilah anda lebih memilih disukai manusia tetapi dimurkai Allah SWT atau anda lebih memilih dijauhi manusia tetapi diridhai Allah SWT. Seorang mukmin sejati pasti bisa memilih mana yang benar dan yang salah

Hakikatnya perayaan Natal yang merupakan perayakan ‘kelahiran tuhan’ adalah merupakan sebuah kemungkaran dan kesyirikan besar. Sikap yang seharusnya dilakukan kaum Muslim terhadap pelakunya adalah menjelaskan kesesatan mereka dan mengajak mereka ke jalan yang benar, Islam. Bukan malah mengucapkan selamat terhadap mereka. Tindakan tersebut dapat dimaknai sebagai sikap ridha dan cenderung terhadap kemunkaran besar yang mereka lakukan.
Demikianlah, Islam telah melarang umatnya melibatkan diri di dalam perayaan hari raya orang-orang kafir, apapun bentuknya. Melibatkan diri di sini mencakup perbuatan; mengucapkan selamat, hadir di jalan-jalan untuk menyaksikan atau melihat perayaan orang kafir, mengirim kartu selamat, dan lain sebagainya. Adapun perayaan hari raya orang kafir di sini mencakup seluruh perayaan hari raya, perayaan orang suci mereka, dan semua hal yang berkaitan dengan hari perayaan orang-orang kafir (musyrik maupun ahlul kitab).
Dalam hal muamalat, kita bisa berbuat baik. Tapi dalam hal aqidah kita tegas. Untukmu agamamu dan untukku agamaku. Daripada mengucapkan “selamat” dengan hari raya mereka lebih baik kita membaca al-kafirun :

Katakanlah: “Hai orang-orang kafir,
Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.”

Wallahu ‘Alam

Sumber :
Berbagai sumber







Celaan Terhadap Pengejar Dunia Tapi Lalai Akhirat !

وَعْدَ اللَّهِ لا يُخْلِفُ اللَّهُ وَعْدَهُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ
يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ
" Sebagai  janji yang sebenar-benarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai"  (Ar–Ruum: 7). 

PELAJARAN DARI AYAT
§  Berkaitan dari ayat diatas Nabi SAW juga bersabda ;
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., ia berkata, bahwa Rasulullah saw. bersabda,  "Sesungguhnya Allah membenci setiap orang yang kasar lagi angkuh, rakus lagi kikir, suka gaduh di pasar seperti bangkai di malam hari, lihai dalam masalah dunia tapi jahil dalam masalah akhirat."
Menguasai ilmu dunia saja merupakan salah satu bentuk kejahilan. Namun kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. Meski secara lahiriyah mereka kelihatan seperti orang berilmu dan mengetahui banyak hal. Sebenarnya ilmu mereka itu dangkal karena hanya berkaitan dengan perkara lahiriyah saja dari kehidupan dunia ini dan tidak mengetahui hakikat sebenarnya. Ilmu dunia tidak dapat digunakan untuk mengenal sunnatullah dan aturan–aturan-Nya. Tidak dapat mengenal wahyu dan syari'at–Nya yang Maha Agung dan hubungan–hubungannya yang sangat erat. Ilmu mereka tidak dapat melampaui hal itu dan tidak dapat mengetahui rahasia di balik itu.
§  Kehidupan dunia ini terbatas meskipun kelihatannya luas dan universal. Mereka terpaksa harus mengerahkan seluruh kemampuan untuk menggalinya, itupun tidak dapat mereka kuras habis dalam kehidupan mereka yang sangat singkat meskipun mereka bahu membahu menggalinya. Kehidupan ini hanyalah sekelumit kecil dari kerajaan Allah yang Maha Besar yang berjalan menurut aturan dan sistem yang kokoh dan rapi. 

§  Siapa saja yang tidak menghubungkan hatinya dengan pencipta alam semesta ini, tidak mengetahir sunnah–Nya yang tidak akan berubah dan bertukar, maka ia seolah–olah tidak dapat melihat meskipun ia telah memasang matanya. la melihat berbagai macam bentuk dan gerakan namun tidak mengetahui hikmahnya. la tidak dapat hidup dengannya dan bersamanya. Demikianlah kondisi manusia pada umumnya.

§   Sesungguhnya ilmu yang haq akan memberi kemurnian bagi pemiliknya yang akan membuka cakrawala pengetahuannya. Akan memberikan nikmat keluasan pandangan kepada hatinya. Karena ilmu yang haq yang dapat digunakan untuk mengenali kebenaran adalah ilmu yang berhubungan dengan hakikat yang pasti. Bukan sekadar maklumat terpisah–pisah dan terputus yang menjejali pikiran yang tidak dapat mengungkap rahasia dibalik fakta dan realita. Dan justru akan melahirkan prinsip dan pemikiran yang menyimpang. 


§  Sesungguhnya orang–orang yang mempelajari dunia saja tidak dapat mengetahui hakikat sebenarnya, tidak memperoleh manfaat dari apa yang ia lihat, ia dengar dan ia alami, tidak dapat mencapai hakikat yang benar dari realita dan pengalaman, mereka hanyalah para pengoleksi maklumat dan bukan ulama. 

§  Ilmu agama ini tidak akan dapat diraih puncaknya dan tidak dapat dipetik buahnya oleh orang–orang jahil. Karena ia telah terkontaminasi dengan perangai–perangai yang buruk.   Saudara–saudaraku sekalian, coba simak firman Allah SWT yang senantiasa dibaca siang dan malam tentang keadaan mereka. Mudah–mudahan bisa menambah kekhusyu'an kita, Firman Allah SWT ;
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آتَيْنَاهُ آيَاتِنَا فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ
وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الأرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ذَلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
سَاءَ مَثَلا الْقَوْمُ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَأَنْفُسَهُمْ كَانُوا يَظْلِمُونَ
“Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian dia melepaskan diri daripada ayat-ayat itu lalu dia diikuti oleh setan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat) nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berpikir. Amat buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat lalim. “(Al–A'raaf: 175–177). 
§  Allah SWT telah menurunkan ayat–ayat–Nya kepada ummat manusia, telah mencurahkan karunia–Nya kepada mereka dan menganugerahi mereka ilmu serta memberikan kesempatan yang luas untuk meninggikan derajatnya dari rendahnya dunia dan untuk berhubungan dengan pencipta langit serta menempuh jalur hidayah, akan teiapi manusia lebih suka melepaskan diri! la melepaskan diri dari ayat–ayat–Nya, menanggalkan pakaian wahyu yang diberikan padanya. la lebih suka menyimpang dari hidayah lalu lebih memilih mengikuti hawa nafsu. Lebih suka berkubang dengan lumpur daripada tidur dikasur empuk! 

§  Ini adalah perenungan yang dapat dipetik dari perumpamaan dalam bentuk berita. Sebab hal seperti ini acapkali terjadi. Betapa sering kejadian seperti itu berulang dalam kehidupan manusia! Berapa banyak orang yang telah dianugerahi keutamaan tersebut dan diberi kesempatan emas itu namun tidak mendapat petunjuk?! Mereka justru memanfaatkan ilmu sebagai wasilah untuk menyelewengkan kalimat dari maksud sebenarnya dan mengikuti hawa nafsu dalam memahaminya. Hawa nafsu mereka dan hawa nafsu para thaghut yang  menurut anggapan keliru mereka menguasai kebutuhan duniawi mereka,  oleh sebab itu, kamu lihat mereka berkhidmat untuk para thaghut dalam memalingkan kalimat dan maksud sebenarnya dan dalam mengeluarkan fatwa–fatwa yang diinginkan. Maka mereka pun terlepas dan ikatan agama dan syi'ar–syi'arnya. 
 Sesungguhnya, itulah kutukan yang Allah SWT ceritakan dalam ayat tersebut,  " Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat) nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berpikir. (Al–A'raaf : 176). 
Mereka menjulurkan lidahnya dibalik kendali yang dipegang oleh para penguasa. Dunia ini adalah bangkai, dan yang mangejarnya adalah anjing!   Itulah ilmu yang tidak dapat memelihara pemiliknya dari himpitan syahwat dan ambisi hingga membuatnya hina. la condong kepada dunia dan tidak dapat bergerak dari perangkap lumpurnya, dari kekangan dan bebannya. la gunakan ilmunya untuk berkhidmat membantu hawa nafsunya. Lalu ia diikuti oleh syaitan dan dikendalikan dengan tali kekang hawa nafsu. 
§  Ilmu ialah ma'rifah, 'aqidah, dan 'ubudiyyah Jadi, ilmu bukan sekedar maklumat yang terkumpul. Akan tetapi ilmu adalah ikatan 'aqidah yang mendorongnya untuk merealisasikan ubudiyah kepada Allah dalam hatinya di atas dunia ini.  Sebenarnya, ilmu teoritis yang dangkal tidak dapat menghasilkan apa–apa. Sebab itu hanyalah sekadar maklumat kosong yang tidak dapat mengekangnya dari hawa nafsu, tidak dapat melepaskan himpitan syahwat dan tidak dapat menolak tipu daya syaitan. Bahkan sebaliknya, mempermulus jalan syaitan! 
 Allah SWT berfirman, 
أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ أَفَلا تَذَكَّرُونَ
وَقَالُوا مَا هِيَ إِلا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَا إِلا الدَّهْرُ وَمَا لَهُمْ بِذَلِكَ مِنْ عِلْمٍ إِنْ هُمْ إِلا يَظُنُّونَ
"Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai ilahnya (tuhanya) dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmunya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya. Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran. Dan mereka berkata: 'Kehidupan ini tidak lain hanyalah kebidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa, dan mereka sekali–kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu mereka tidak lain hanyalah menduga–duga saja,"  (Al–Jaatsiyah: 23–24).  
Begitulah reatitanya wahai hamba yang munib (bertaubat), mereka itu adalah satu golongan manusia yang seluruh aktifitas hidupnya hanya berkaitan dengan dunia dan bumi. Sementara mereka lalai terhadap akhirat..! Sebab mereka tidak memahami hikmah penciptaan manusia, lalu mereka lalai terhadap akhirat dan tidak mengagungkannya sebagaimana. mestinya. Tidak memperhitungkannya sama sekali dan tidak mengetahui bahwa akhirat merupakan terminal akhir dan awal dari sebuah perjalanan baru. Tidak akan ditunda dan tidak akan diubah! 
§  Lalai terhadap akhirat akan mengacaukan seluruh perhitungan! Standar yang benar akan berubah di tangan orang–orang yang lalai terhadap akhirat. Mereka tidak memiliki gambaran yang benar terhadap kehidupan dan prinsip–prinsip hidup. Ilmu mereka itu hanyalah ilmu lahiriyah yang dangkal dan kurang. Karena perhitungan akhirat dalam hari seorang insan akan merubah pandangannya terhadap seluruh perkara yang terjadi di dunia ini. Kehidupannya di alam dunia ini hanyalah sekelumit dari fase perjalanannya yang panjang. Bagiannya di dunia ini amat sedikit dibandung dengan bagiannya di akhirat.   Maka tidak selayaknya bagi manusia bersandar kepada kehidupan yang sementara dan bagian yang sedikit ini. Oleh karena itu, tidak akan dapat bertemu antara seorang insan yang beriman kepada hari akhirat dan memprioritaskan perhitungan akhirat dengan orang yang hanya memprioritaskan perhitungan dunia dan tidak melihat kehidupan setelah mati!

§  Keduanya (ilmu dunia dan ilmu akhirat) tidak akan memiliki pandangan dan perhitungan yang sama dalam persoalan–persoalan kehidupan! Tidak pula sama dalam prinsip–prinsip kehidupan yang beraneka ragam! 


§  Keduanya tidak akan sepakat dan terpadu dalam memutuskan hukum yang berkaitan dengan persoalan, keadaan atau kondisi tertentu  .

§  Keduanya memiliki standarisasi yang berlainan.  Keduanya memilik sudut pandang yang berbeda. Keduanya memiliki pelita yang berbeda dalam melihat segala sesuatu, dalam melihat peristiwa don persoalan hidup. 


§  Hamba dunia hanya mengetahui apa yang tampak saja dalam kehidupan dunia... sementara hamba Allah mengetahui rahasia dibalik realita kehidupan dunia dan hubungannya dengan sunnatullah, aturan dan syariat–Nya, yang tersusun rapi secara lahir maupun bathin, nyata maupun ghaib, dunia maupun akhirat, kehidupan maupun kematian, masa lalu, sekarang maupun masa akan datang. 

§  Ilmu Akhirat adalah ufuk ilmu yang bersih, luas dan universal. Islam mengajak ummat manusia kepadanya. Yang akan rnengangkat mereka ke tempat yang tinggi. Fitrah hukum alam ini seluruhnya membisikkan bahwa ilmu agama ini tegak di atas kebenaran, kokoh di atas aturan–Nya, tidak akan tercerai berai jalannya, tidak akan bertolak belakang satu sama lain, tidak berjalan seiring dengan spekulasi buta, tabiat kasar dan hawa nafsu yang labil. 

§  Ilmu ini berjalan di atas sistem–Nya yang rapi dan kokoh yang telah ditetapkan secara terperinci.   Salah satu konsekuensi kebenaran yang merupakan pilar alam semesta ini ialah adanya alam akhirat tempat pembalasan segala amal perbuatan. Amal baik atau buruk memperoleh ganjaran secara sempurna. Semua itu telah ditentukan batas waktunya sejalan dengan hikmah yang Mahatinggi. Semua urusan akan sampai pada waktu yang telah dijanjikan tidak akan diundur dan tidak akan diajukan sesaat pun.   Bilamana tidak ada seorang pun yang tahu bila datangnya hari Kiamat. Maka itu bukanlah berarti hari Kiamat tidak akan datang! Akan tetapi penangguhan waktu yang sedikit sekali itu memperdaya orang–orang yang hanya mengetahui apa–apa yang tampak dari kehidupan dunia ini sementara mereka lalai terhadap akhirat.  



§  Islam menawarkan ilmu yang berisi 'aqidah yang memotivasi diri, menghidupkan dan menyadarkan jiwa, menaikkan dan meninggikan derajatnya. Mendorongnya kepada iman dari kepada pelaksanaan konsekuensi amal dari keimanan secara langsung begitu iman melekat dalam hatinya. Sehingga hatinya menjadi hidup dan khusyu' menghadap Tuhannya. Maka terpancarlah kecintaan kepada–Nya yang menggerakkan anggota badannya untuk kembali kepada fitrahnya yang asli. la pun berhasil mencapai tujuan dan cita–citanya. Lumpur–lumpur kehidupan dunia tidak lagi menghalangi langkahnya, kecintaannya kepada kampung dunia tidak lagi menghadang perjalannya dan ia tidak lagi condong dan terpedaya kepada dunia untuk selama–lamanya. 

§  Islam menawarkan ilmu yang menjadi pedoman dalam meneliti dan mentadabburi yang jauh berbeda dengan pedomari–pedoman produk manusia. Karena Islam datang untuk menyelamatkan manusia dari kelemahan mereka dalam membuat pedoman, dari kekeliruan dan penyimpangan–penyimpangan mereka yang berada dibawah permainan hawa nafsu, tuntutan syahwat dan tipu daya iblis. 

 Allah SWT berfirman,

سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الآفَاقِ وَفِي أَنْفُسِهِمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ أَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ
أَلا إِنَّهُمْ فِي مِرْيَةٍ مِنْ لِقَاءِ رَبِّهِمْ أَلا إِنَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ مُحِيطٌ
“  Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur'an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu? Ingatlah bahwa sesungguhnya mereka adalah dalam keraguan tentang pertemuan dengan Tuhan mereka. Ingatlah, bahwa sesungguhnya Dia Maha Meliputi segala sesuatu."  ( Fushshilat: 53–54). 
 Itulah janji Allah kepada hamba–hamba–Nya. Allah akan memperlihatkan kepada mereka rahasia–rahasia alam yang tersembunyi dan rahasia diri mereka sendiri. 
§  Allah SWT berjanji akan memperlihatkan tanda–tanda kekuasaan–Nya di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Dia–lah Ilah yang haq, inilah din yang lurus dan inilah Kitab yang agung dan inilah Rasul yang mulia yang menuntun ummat manusia selangkah demi selangkah di jalan mendaki menuju puncak kehidupan yang tinggi sesuai dengan apa yang telah Allah wahyukan kepada beliau.   Di tengah perjalanan dunia, Allah menjelaskan kepada ummat manusia pedoman hidup mereka, dasar syari'at mereka, kaidah–kaidah mu'amalah mereka dalam berekonomi, berpolitik, bermasyarakat dan berwawasan. Dan meresapkan ke dalam akal pikiran mereka kaidah–kaidah yang tersusun rapi dan kokoh dalam segala disiplin ilmu pengetahuan alam dan dunia. Dan meresapkan ke dalam jiwa mereka kemanisan iman dan kontribusiriya, kebenaran syari'at dan aktualisasinya, kebutuhan dunia dan cara pengelolaannya. 

§  Allah telah memenuhi janji–Nya. Dia telah menampakkan kepada ummat manusia tanda–tanda kekuasaan–Nya di segenap ufuk semenjak Allah menetapkan janji tersebut. Allah telah menampakkan tanda–tanda kekuasaan–Nya pada diri mereka sendiri. Dan sampai sekarang tanda–tanda kekuasaan–Nya terus Dia perlihatkan kepada mereka.   Ummat manusia sekarang tentu dapat melihat, mereka tentu dapat me nyaksikan banyak sekali rahasia–rahasia alarn yang telah mereka ketahui semenjak firman Allah SWT itu turun. Ufuk–ufuk langit telah terbuka bagi mereka. Ilmu–ilmu tentang eksplorasi langit dan bumi tidaklah lebih sedikit dibanding dengan ilmu–ilmu tentang anatomi tubuh manusia.  Ummat manusia telah mengetahui banyak perkara, dan mereka sekarang sedang dalam perjalanan menuju Allah! 

  "Dan katakanlah, 'Segala puji bagi Allah, Dia akan memperlibatkan ke–padamu tanda–tanda kebesaran–Nya, maka karnu akan mengetahuinya. Dan Rabb–mu tiada lalai dari apa yang kamu kerjakan,"  (QS. An–Naml (27): 93). 

 Mereka telah melihatnya, mereka telah membacanya dan mereka telah mengetahuinya... namun adakah mereka mensyukurinya!? 

§  Siapa saja yang melihat hamparan alam semesta yang terbuka dan maha luas ini tentu akan tumbuh rasa takut dan khusyu' dalam hati. Sebagaimana yang Allah katakan dalam Kitab–Nya yang diturunkan kepada hamba pilihan–Nya, Muhammad SAW. Allah SWT berfirman,  "Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit, lalu Kami hasilkan dengan hujan itu buah–buahan yang beraneka macam jenisnya. Dan di antara gunung–gunung itu ada garis–garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat. Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang–binatang melata dan binatang–binatang ternak ada yang bermacam–macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara, hamba–hamba–Nya, hanya–lah ulama. Sesunggubnya Allah Mahaperkasa lagi Mahapengampun,"  (Faathir: 27–28). 

Sungguh! Alam ini merupakan lembaran yang sangat indah dan menawan, dihiasi dengan berbagai macam warna dan bentuk. Buah–buahan yang beraneka warna, gunung–gunung dengan jalan–jalan yang beraneka warna. Demikian pula manusia, hewan dan binatang ternak yang beraneka ragam warna dan jenis.   Alam ini merupakan lembaran yang menakjubkan untuk dapat melihat tanda–tanda kekuasaan Allah yang lain, yaitu keaneka ragaman warna. Allah SWT berfirman,
وَمِنْ آيَاتِهِ خَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَاخْتِلافُ أَلْسِنَتِكُمْ وَأَلْوَانِكُمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِلْعَالِمِينَ
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.” (Ar–Ruum: 22). 

§  Sungguh, terhamparnya alam semesta ini merupakan salah satu tanda kekuasaan Allah yang merupakan bukti kebenaran Kitab yang Allah turunkan ini. Tanda kekuasaan yang tersebar di seluruh penjuru bumi; Keaneka ragaman warna di atas seluruh permukaannya: Dari buah–buahan, gunung–gunung, manusia, hewan sampai binatang ternak, sehingga hati tertarik kepada ciptaan–ciptaan Allah yang telah menciptakan segala sesuatu dengan sempurna, lalu hati khusyu' kcpada Allah dan tunduk mengikuti aturan–aturan–Nya yang haq. Dia–lah yang telah membuka hamparan alam semesta yang indah dan mengagumkan corak dan warnanya, dan Dia–lah yang telah mengatur segala prosesnya; Dia–lah yang mengatakan,  "Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara bamba–hamba–Nya, hanyalah ulama."  (Faathir: 28). Itulah pedoman Islam dalam membimbing jiwa yang senantiasa tunduk dan menuntunnya kepada kehidupan yang Islami.  Adapun pengetatan yang hanya bersifat teoritis belaka– dan tidak dapat memberikan inti dan buah ilmu,  Itu sebenarnya bukanlah ilmu; Sebab tidak dapat memelihara diri dari kubangan lumpur dunia, tidak dapat menolak tuntutan hawa nafsu, tidak dapat membendung tipu daya syaitan dan tidak dapat memberi hasil yang posltif kepada ummat manusia. Siapa saja yang meneliti kehidupan orang–orang kafir yang terpedaya dengan kilauan modernisasi dan kemajuan iptek dan materi tentu dapat melihat kenyataan tersebut. Itulah yang telah Allah SWT tetapkan dalam Kitab–Nya dan telah diisyaratkan oleh Rasulullah SAW dalam hadits–hadits shahih. 
 Maka dari itu, orang–orang yang mewakili suara ummat ini hendaknya takut kepada Allah, terutama orang–orang yang mengatur urusan pendidikan kaum Muslimin. Banyak di antara mereka yang menjauhkan pedoman belajar ilmiah dari buah yang diharapkan darinya, yaitu memperdalam keimanan kepada Allah, Kitab–Nya, Rasul–Nya dan hari akhirat. Menurut mereka tujuan belajar hanyalah memperoleh kemampuan untuk menafsirkan atau menjabarkan perkara–perkara lahiriyah saja. Oleh sebab itu lahirlah generasi–generasi yang menyimpang dan jauh dari nilai ukhrawi. Mereka tidak mengusai ilmu dunia dan tidak pula meraih kebaikan akhirat.   Dan oleh karena itu, metodologi syaitan dalam pengajaran materi–materi ilmiah harus dibuang jauh–jauh dan metodologi Rabbani harus dihidupkan kembali. Agar hati menjadi hidup saat melihat kehebatan ciptaan Allah yang telah memberikan segala sesuatu kepada makhluk–Nya dan memberi mereka petunjuk. 
 "Dan agar orang–orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya al–Qur'an itulah yang hak dari Rabbmu, lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi petunjuk bagi orang–orang yang beriman kepada jalan yang lurus." (QS. Al–Hajj (22): 54).  

Demikianlah sekelumit pelajaran berharga dari kandungan ayat diatas tentang bahayanya terlalu menekuni dunia yang hina bagai kubangan lumpur babi dan menjadi sebab dari lalai akhirat yang sudah sangat jelas adalah dunia yang abadi, kita berlindung kepada Allah SWT dari hal tersebut.

Wallahu 'Alam
 Sumber Penulis : Fani, Diadaptasi dari Syaikh Salim bin 'Ied al–Hilali,  Al–Manaahisy Syar'iyyah fii Shahiihis Sunnah an–Nabawiyyah , atau  Ensiklopedi Larangan menurut Al–Qur'an dan As–Sunnah , terj. Abu Ihsan al–Atsari (Pustaka Imam Syafi'i, 2006), hlm. 166–176.

Jumat, 23 Desember 2011

Waspadai Hadits Palsu Perusak Umat


و حَدَّثَنِي حَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ حَرْمَلَةَ بْنِ عِمْرَانَ التُّجِيبِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ قَالَ حَدَّثَنِي أَبُو شُرَيْحٍ أَنَّهُ سَمِعَ شَرَاحِيلَ بْنَ يَزِيدَ يَقُولُ أَخْبَرَنِي مُسْلِمُ بْنُ يَسَارٍ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَكُونُ فِي آخِرِ الزَّمَانِ دَجَّالُونَ كَذَّابُونَ يَأْتُونَكُمْ مِنْ الْأَحَادِيثِ بِمَا لَمْ تَسْمَعُوا أَنْتُمْ وَلَا آبَاؤُكُمْ فَإِيَّاكُمْ وَإِيَّاهُمْ لَا يُضِلُّونَكُمْ وَلَا يَفْتِنُونَكُمْ
Telah menceritakan kepadaku Harmalah bin Yahya bin Abdullah bin Harmalah bin Imran at-Tujibi dia telah berkata, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb dia berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Syuraih bahwa dia mendengar Syarahil bin Yazid berkata, telah mengabarkan kepadaku Muslim bin Yasar bahwa dia mendengar Abu Hurairah berkata,
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Akan ada di akhir zaman para Dajjal Pendusta membawa hadits-hadits kepada kalian yang mana kalian tidak pernah mendengarnya dan bapak-bapak kalian juga belum pernah mendengarnya. Maka kalian jauhilah dan mereka jauhilah. Mereka tidak bisa menyesatkan kalian dan tidak bisa memfitnah kalian."
(Shahih Muslim No. 8)
PENJELASAN SINGKAT
Dalil diatas adalah berisi peringatan dari rasulullah SAW tentang bahayanya hadits-hadits palsu yang disebarkan oleh dajjal-dajjal  penyesat yang mengakibatkan banyak perselisihan diantara umat karena sudah pasti maksud dajjal-dajjal itu membuat hadits palsu dengan mengklaim hadits itu adalah hadits dari rasulullah padahal itu adalah hadits yang dibuat-buat untuk membuat islam menjadi kacau. Akibat buruk dari munculnya hadits-hadits palsu ini adalah tidak tanggung-tanggung yaitu dari munculnya aliran sesat, perselisihan umat sampai kepada ritual-ritual bid’ah bahkan kesyirikan. Maka sudah menjadi prioritas utama setiap muslim untuk mewaspadai hadits-hadits palsu yang tersebar dikalangan umat sekarang ini.
Agama Islam dibangun di atas dua pondasi: Ikhlas dan mengesakan Allah dalam ibadah dan mencontoh Nabi shallallahu alaihi wasallam dalam prakteknya. Karenanya setiap ibadah, baik yang besar maupun yang kecil, yang nampak maupun tersembunyi, ibadah harta maupun ibadah badan, dan siapapun pelakunya, jika semua amalan tersebut tidak terdapat kedua pondasi ini di dalamnya maka amalan itu tertolak secara mutlak. Hal itu karena dia telah mengerjakan ibadah tidak sebagaimana yang diperintahkan, sementara mengerjakan suatu ibadah tidak sesuai dengan yang diperintahkan sama saja berarti dia belum mengerjakannya. Amalan seperti ini dinamakan sebagai bid’ah, dan bid’ah dalam agama semuanya tertolak karena merupakan bentuk kesesatan.
Setiap dari perbuatan bid’ah yang dilakukan suatu kaum pasti ada sebab yang mendasarinya, entah itu karena taklid buta ataupun itu karena mengikuti dalil-dalil palsu yang dibuat oleh kelompok-kelompok sesat yang ingin mengobrak abrik ajaran islam yang murni. Dalil-dalil palsu atau yang sering disebut hadits palsu sangat membahayakan umat islam baik dalam akidah maupun amal perbuatan. Banyak diantara ajaran baru  yang tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah Salallahu ‘Alaihiwassalam yang tentu saja semua amal yang baru (bid’ah) itu tertolak, sesuai dengan sabda nabi SAW ;
مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ فَهُوَ رَدٌّ
Siapa saja yang mengadakan perkara baru dalam urusan kami ini apa-apa yang bukan darinya maka dia tertolak”. (HR. Al-Bukhari no. 2550 dan Muslim no. 1717)
Maka sebanyak apapun amal dan sebaik-baik amal ibadah jika ibadah itu tidak pernah diajarkan oleh rasulullah maka amalan itu tertolak disisi Allah SWT, jadi apa yang diuntungkan bagi para pelaku bid’ah itu melainkan hanya mendapatkan kesia-siaan belaka. Bahkan bisa menjadikan dosa besar karena tidak tahu kalau bid’ah-bid’ah itu banyak mengandung kemusyrikan. Banyak diantara contoh-contoh bid’ah yang berhujjah dengan dalil-dalil palsu buatan orisinil dari dajjal-dajjal penyesat umat misalnya maulid nabi, tawasul dikuburan wali, tahlilan, yasinan hari jum’at, haul (memperingati hari meninggal mayat), dll yang kesemuanya itu jika diteliti dengan benar maka akan ditemukan bahwa amalan-amalan itu berhujjah dengan dalil palsu dan tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah SAW.
BAHAYA HADITS PALSU
Suatu musibah besar yang menimpa kaum muslimin semenjak masa lalu adalah tersebarnya hadits dhaif (lemah) dan maudhu (palsu) di antara mereka. Saya tidak mengecualikan siapapun di antara mereka sekalipun ulama’-ulama’ mereka, kecuali siapa yang dikehendaki Allah di antara mereka dari kalangan para ulama’ Ahli Hadits dan penelitinya seperti Imam Bukhari, Imam Muslim,  Imam Ahmad, Ibnu Main, Abu Hatim Ar Razi dan selain mereka.

Dan dampak yang timbul dari penyebarannya adalah adanya kerusakan yang besar. (Karena) di antara hadits-hadits dhaif dan maudhu itu, terdapat masalah (yang berkenaan dengan) keyakinan kepada hal-hal ghaib, dan juga masalah-masalah syari’at. Dan pembaca yang mulia akan melihat hadits-hadits tersebut, insya Allah.

Dan sungguh hikmah Allah, Dzat yang Maha Mengetahui menetapkan, untuk tidak meninggalkan hadits-hadits yang dibuat oleh orang-orang yang berpaling dari kebenaran, untuk tujuan yang bermacam-macam. Hadits itu “berjalan” di antara kaum muslimin tanpa ada yang mendatangkan dalam hadits-hadits itu orang yang (dapat) “menyingkapkan penutup” hakikatnya, dan menerangkan kepada manusia tentang perkara mereka. (Orang yang dimaksud tersebut adalah) Imam-Imam ahli hadits, yang membawa panji-panji sunnah nabawiyyah, dimana Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam berdo’a bagi mereka dengan sabdanya :

“Artinya : Semoga Allah memperindah seseorang yang mendengar perkataanku, lalu menjaga, menghafal dan menyampaikannya. Karena bisa jadi orang yang membawa pengetahuan tidak lebih faham dari orang yang disampaikan”. [Hadits riwayat Abu Dawud, Tirmidzi (dan beliau menshahihkannya) dan Ibnu Hibban dalam shahihnya]

Para ulama’ ahli hadits telah menerangkan keadaan sebagaian besar hadits-hadits itu, baik itu shahihnya maupun dha’ifnya. Dan menetapkan dasar-dasar ilmu hadits, membuat kaidah-kaidah ilmu hadits. Barang siapa mendalami ilmu-ilmu itu dan memperdalam pengetahuan tentangnya, dia akan mengetahui derajat suatu hadits, walaupun hadist itu tidak dijelaskan oleh mereka. Yang demikian itu adalah (dengan) Ilmu Ushulul Hadits atau Ilmu Musthala Hadits.
Allah SWT telah memberikan kemudahan kepada hamba-Nya membedakan hadits palsu dan hadits shohih dari Rasulullah SAW melalui Imam-Imam ahli hadits dari kitab-kitab yang mereka susun diantaranya adalah kutubustittah (kitab 6 Imam ahli hadits) yang memuat hadits-hadits shahih saja dan kumpulan-kumpulan hadits palsu yang dibukukan oleh ulama muhaditsin, sehingga para guru maupun santri diharapkan paham tentang derajat hadits yang dapat dijadikan hujjah / hadits shohih, dan hadits batil yang tidak dapat dijadikan hujjah yang justru akan menimbulkan bid’ah. Akan tetapi kami melihat mereka (ulama’ dan penuntut ilmu) “dengan rasa prihatin”, telah berpaling dari membaca kitab-kitab yang tersebut di atas, mereka tidak mengetahui (dengan sebab berpaling dari membaca kitab-kitab tersebut diatas) keadaan hadits-hadits yang mereka hafalkan dari Syaikh-Syaikh mereka, atau yang mereka baca dari kitab-kitab yang tidak “memeriksa” hadits-hadits yang shahih atau dha’if, oleh karena itu hampir-hampir kita mendengarkan suatu nasihat dari orang-orang yang memberi nasihat, pengajian dari salah seorang ustadz atau khutbah dari seorang khathib, melainkan kita dapati hadits-hadits lemah atau palsu (disampaikan), dan ini adalah perkara yang membahayakan, (karena) dikhawatirkan atas mereka termasuk orang-orang yang diancam oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan sabdanya :

“Artinya : Barang siapa berdusta dengan sengaja atas namaku maka hendaknya ia menempati tempat duduknya di Neraka”. [Hadits shahih mutawatir]

Karena sesungguhnya mereka walaupun tidak berniat berdusta secara langsung tetapi telah melakukan perbuatan dosa, karena mereka menukil hadits-hadits semuanya (tanpa menyeleksi), sedang mereka mengetahui bahwa dalam hadits-hadits itu terdapat hadits dha’if dan maudhu’. Dan mengenai hal ini Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberi isyarat dengan sabdanya :

“Artinya : Cukuplah seorang dianggap pendusta karena menceritakan perkataan yang ia dengar” [HR. Muslim]

Kemudian diriwayatkan dari Imam Malik bahwa beliau berkata :
“Ketahuilah tidak akan selamat seorang lelaki yang menceritakan apa saja yang ia dengar, dan selamanya seorang tidak akan menjadi pemimpin jika ia menceritakan setiap perkataan yang ia dengar”.

Imam Ibnu Hibban berkata dalam shahihnya halaman 27 tentang bab : “Wajibnya masuk neraka bagi seseorang yang menyandarkan sesuatu ucapan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sedangkan ia tidak mengetahui kebenarannya”.

Kemudian ia menukil dengan sanadnya dari Abu Hurairah secara marfu’ :

“Artinya : Barang siapa berkata atasku apa yang tidak aku katakan,maka hendaklah ia menempati tempat duduknya di neraka”. [Sanad hadits ini hasan, dan asalnya dalam shahih Bukhari dan Muslim]

Dan Imam Ibnu Hibban berkata tentang bab “khabar yang menunjukkan benarnya apa yang kami isyaratkan padanya pada bab yang lalu”. Lalu ia menukil dengan sanadnya dari Samrah bin Jundub, ia berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Artinya : Barang siapa menceritakan dariku suatu hadits dusta, maka ia termasuk seorang pendusta”. [Hadits riwayat Muslim]

Maka jelaslah dengan apa yang disebutkan (diatas), bahwa tidak diperbolehkan menyebarkan hadits-hadits dan riwayat-riwayatnya tanpa tasabbut (mencari informasi tentang kebenarannya). Dan barang siapa melakukan perbuatan itu (menyebarkan hadits tanpa mencari kejelasan tentang kebenarannya terlebih dahulu) maka ia terhitung berdusta atas Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Artinya : Sesungguhnya berdusta kepadaku, tidak sebagaimana berdusta kepada salah seorang (di antara kalian), barang siapa berdusta kepadaku secara sengaja, maka hendaknya ia menempati tempat duduknya di neraka”.[HR. Muslim]
Dapat disimpulkan bahwa bahaya hadits palsu adalah :
§  Merusak Akidah Umat
§  Menimbulkan perpecahan dan perselisihan
§  Menimbulkan amalan syirik dan bid’ah
§  Penyebab hilangnya ajaran sunah Nabi SAW yang murni
§  Pembuat dan penyebar hadits palsu diancam neraka
CIRI-CIRI HADITS PALSU
§  Pengakuan pembuatnya.
Di dalam catatan sejarah sering terjadi para pembuat hadits palsu berterus terang atas perbuatan jahatnya. Baik karena terpaksa maupun karena sadar dan taubat. Abu Ismah Nuh bin Maryam ( bergelar Nuh al-Jami ) telah berterus terang mengakui perbuatannya dalam membuat hadits-hadits palsu yang berhubungan dengan keutamaan-keutamaan surat al-Qur'an. Ia sandarkan hadits-haditsnya itu kepada Ibnu Abbas. Maisarah bin  Abdi Rabbih al-Farisi, juga telah berterus-terang mengakui perbuatannya membuat hadits-hadits palsu tentang keutamaan al-Qur'an dan keutamaan Ali bin Abi Thalib. Dalam hal ini memang perlu kita catat bahwa tidak semua pengakuan itu lantas harus secara otomatis kita percayai. Sebab mungkin saja pengakuannya itu justru adalah dusta dan palsu.
§  Perawinya sudah terkenal sebagai pembuat hadits-hadits maudhu', dan hadits atau keterangan lain yang baik / tidak ada sama sekali ( dalam soal yang sama ).

§  Isi atau materinya bertentangan dengan akal pikiran yang sehat. Sebagai contoh hadits-hadits sebagai berikut : "  Sesungguhnya perahu Nuh bertawaf tujuh kali mengelilingi Ka'bah dan shalat di makam Ibrahim dua raka'at ".   " Sesungguhnya Allah tatkala menciptakan huruf, maka bersujudlah ba dan tegaklah alif "


§  Isinya bertentangan dengan ketentuan agama dan aqidah Islam.    " Aku adalah penghabisan Nabi-nabi. Tidak ada Nabi sesudahku kecuali dikehendaki Allah ".    " Alllah menciptakan malaikat dari rambut tangan dan dada ".

§  Isinya bertentangan dengan ketentuan agama yang sudah qath'i seperti hadits-hadits :  " Anak zina tidak masuk sorga hingga tujuh turunan ".   " Barangsiapa yang memperoleh anak , dan kemudian  diberi nama Muhammad, maka dia dan anaknya akan masuk sorga ".

§   Isinya mengandung obral pahala dengan amal yang sangat sederhana. Seperti hadits-hadits : " Barangsiapa membaca La ilaha illallah maka Allah akan menjadikan baginya seekor burung yang mempunyai tujuh puluh lidah. Pada tiap-tiap lidah tujuh puluh ribu bahasa yang memohon ampun kepada Allah untuk orang tersebut ".   " Barangsiapa menafakahkan satu tali untuk mauludku maka aku akan menjadi penolongnya di yaumil qiyamah ".

§  Isinya mengandung kultus-kultus individu. Seperti hadits-hadits :  " Di tengah ummatku kelak akan ada orang yang diberi nama Abu Hanifah an-Nu'man, ia adalah pelita ummatku ".    " Abbas itu adalah wasiatku dan ahli warisku ".

§  Isinya bertentangan dengan fakta sejarah. Seperti hadits-hadits yang menerangkan bahwa nabi pernah diberi semacam buah dari sorga pada sa'at mi'raj. Setelah kembali dari mi'raj kemudian bergaul dengan Khadijah dan lahirlah Fathimah dan seterusnya. Hadits ini bertentangan dengan fakta sejarah sebab mi'raj itu terjadi setelah wafatnya Khadijah dan setelah Fathimah lahir.

Wallahu ‘Alam