Sabtu, 30 Juni 2012

Hadits : Hikmah Mengendalikan Hawa Nafsu

Dari Abu Muhammad, ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-’Ash, dia berkata: Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Tidak beriman salah seorang di antara kalian hingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa.” (Hadits hasan shahih dan kami riwayatkan dari kitab al-Hujjah dengan sanad yang shahih).



Pelajaran Dari hadits


Dalam satu hadits yang singkat ini ternyata mengandung banyak pelajaran didalamnya. Yaitu tentang hawa nafsu yang sering menjerumuskan manusia kejurang kebinasaan karena dibiarkan bermaksiat, ada juga hawa nafsu yang mengantarkan manusia kedalam kebahagiaan dunia dan akhirat karena dibimbing dan dikendalikan untuk berbuat kebaikan.


Dalam penjelasan “tidak beriman” dalam hadits tersebut adalah maksudnya tidak beriman dengan sempurna bukan diartikan sebagai kafir atau tidak beriman secara menyeluruh. Karena disebabkan hawa nafsunya sebagian dibiarkan menyalahi syari’at disisi lain juga hawa nafsunya diajak mengamalkan syari’at.


Sudah menjadi hal lumrah dalam kehidupan di dunia bahwa segala proses diawali dengan tantangan. Begitu pula saat seorang Muslim akan melaksanakan dzikir. Hal itu karena  manusia memiliki akal dan nafsu. Di saat yang sama, ibadah yang mewajibkan Muslim untuk dilaksanakan bertentangan dengan nafsu. Jadi, tantangan utama umat untuk berdzikir adalah hawa nafsu. Hal ini yang menyebabkan rasa malas, enggan atau sumber alasan-alasan lain yang menghalangi umat berdzikir. Untuk itu ketika umat berniat berdzikir hendaknya menahan dan membendung nafsu dengan akal. Dengan demikian, nafsu akan tunduk. Bagaimana caranya? nafsu itu dipaksa untuk berdzikir, selama nafsu tidak ditekan maka dzikir pun sulit dilakukan. Karena itu, orang yang berakal itu orang yang berdzikir dan mampu menjaga nafsu.


Karena hawa nafsu kita ibarat anak kecil. Yang semakin dimanja akan semakin membangkang. Begitu juga jika kita mau mendidik anak kecil itu supaya menjadi anak yang mandiri dan benar-benar sadar akan kebenaran maka harus kita ajari pendidikan prihatin sejak dini agar semakin lama terlatih menjadi manusia dewasa yang berpikiran matang. Kaitannya dengan hawa nafsu jika hawa nafsu kita umbar tidak peduli aturan agama maka dampaknya juga akan kembali kedirinya sendiri. Hawa Nafsu semakin dituruti akan semakin menuntut dan menuntut untuk melakukan perbuatan dosa akhirnya dirinya sendiri yang binasa. Terlebih lagi jika sudah terbiasa mengumbar hawa nafsu maka akan semakin sulit hawa nafsu itu dikendalikan. Karena seperti ibarat mudahnya mendidik anak kecil daripada mendidik orang dewasa pasti lebih sulit.



Dan juga kaitannya dengan akal maka akal ibarat orang tua sedangkan hawa nafsu ibarat anaknya. Jika akal tak mampu membimbing hawa nafsunya maka akalpun bisa tunduk kepada hawa nafsu sendiri maka seperti persamaan “orang yang ditunggangi kuda, bukan orangnya yang menunggangi kuda”. Kalau sudah begitu maka setanpun tidak usah repot-repot membisiki hal maksiat kepada hati. Karena hati dan akal yang sudah tunduk kepada hawa nafsu otomatis selalu terbiasa berbuat maksiat dengan sendirinya. Maka dari itulah memang sangatlah penting hikmah dari pengendalian hawa nafsu ini, maka islampun mengajarkan ibadah puasa wajib pada bulan ramadhan dan puasa sunah kepada pengikutnya supaya pengikutnya bisa lebih mudah terhindar dari perbuatan menuruti hawa nafsu yang membinasakan.



Manusia tak mungkin bisa menghilangkan hawa nafsu dari dalam dirinya sendiri sehingga bisa menyerupai malaikat yang hanya dikarunai akal tapi tak dikaruniai hawa nafsu. Karena hawa nafsu memang sudah bagian satu paket dalam penciptaan manusia. Hawa nafsu ibarat bensin pada kendaraan bermotor, tidak akan jalan sepeda motor tanpa bensin sebagai tenaga pendorongnya. Hawa nafsu yang diarahkan kepada kebaikan maka akan membawa kebaikan yang banyak juga, misalnya kita arahkan diri kita untuk rutin berdzikir tiap malam maka kita akan banyak memetik hasil dari perbuatan baik itu, selain itu kita arahkan diri kita untuk mengikuti kegiatan dalam lembaga sosial dan sebagainya. Sebaliknya hawa nafsu yang kita biarkan mengerjakan maksiat maka hawa nafsu akan terus mengajak berbuat maksiat sampai pemiliknya binasa.


Dan Allah SWT telah melaknat keras bagi manusia-manusia yang suka mengumbar syahwatnya tanpa mengindahkan sedikitpun larangan agama. Dalam al-Qur’an Allah berfirman :


أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَٰهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلًا



Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai sesembahannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? (Al-Furqaan: 43)


Dari ayat diatas bisa kita ambil hikmah bahwa hidayah dari Allah terputus dari manusia yang suka menuruti hawa nafsunya karena sebab menuruti hawa nafsu menjadikan kerasnya hati Dan kalau hati sudah keras maka peringatan dari siapapun bahkan dari firman Allah (al-Qur’an) pun  tidak digubris.  Akhirnya binasa dunia dan akhirat. dan orang yang mengikuti hawa nafsu seenaknya sama saja dengan menyembah hawa nafsu itu sendiri karena apa saja yang diinginkan hawa nafsu dituruti. Semoga Allah melindungi kita dari hal itu. Amiin


Beruntunglah orang masih punya hati lembut karena senantiasa melatih hawa nafsunya untuk yang bermanfaat terutama untuk amal shalih. Karena hati yang lembut mudah mendapatkan petunjuk dan hidayah dari Allah Ta’ala.


Wallahu’alam

Kamis, 21 Juni 2012

Kisah dan Motivasi Islam : Syukur adalah obat penyakit


Ini adalah suatu kisah penuh hikmah yang sangat menarik untuk kita ambil hikmahnya. Cerita ini adalah cerita orang sakit bisa sembuh hanya karena rasa syukur kepada Allah. Padahal sebelumnya dia telah berobat ke dokter namun tak sembuh-sembuh. Penyakit apa itu? Memang biasanya segala penyakit fisik adalah timbul dari kelemahan jiwa kita dan faktor utama bukan berasal dari virus dan sebagainya. Mari kita simak untuk lebih jelasnya.

Pak Hasan, adalah jama’ah dari embarkasi Surabaya. Ia dan istrinya berangkat ke Mekkah kebetulan pada tahap gelombang kedua. Artinya mereka datang dari Indonesia langsung ke Mekkah terlebih dahulu, baru kemudian ke Madinah. Kondisi pak Hasan ketika berangkat memang agak sakit. Batuk pilek setiap hari. Sampai dipakai berbicara saja tenggorokannya sudah terasa sakit. Batuk pilek yang semacam itu memang membuat badan begitu capek lunglai. Semua persendian terasa sakit. Sehingga menjadikan tubuh menjadi malas untuk diajak beraktivitas.

Beberapa kali pak Hasan diobati oleh dokter kloternya. Tetapi tetap saja sakitnya tidak bisa sembuh. Rasanya semua macam obat yang berhubungan dengan penyakitnya sudah ia minum. Tetapi tetap saja badan lunglai, kepala pusing bahkan batuknya tidak pernah berhenti. Badan dengan kondisi semacam itu, mengakibatkan pak Hasan sehari-harinya berdiam diri saja di hotel. Beberapa kali istrinya mengajaknya ke masjidil Haram, tetapi rupanya tubuh pak Hasan tidak bisa diajak kompromi, ia malas untuk pergi ke masjid.

“Aku belum bisa bu, dan belum kuat untuk pergi ke masjid. Ibu dulu aja-lah. Nanti setelah badanku sembuh aku akan ke masjid dan akan melakukan ibadah dengan sebaik-baiknya…” demikian kata pak Hasan kepada istrinya. Karena sudah beberapa kali, jawaban pak Hasan selalu seperti itu, maka pada hari itu istri pak hasan memohon dengan agak setengah memaksa kepada pak Hasan agar siang itu mereka bisa bersama ke masjid untuk melakukan ibadah. Baik itu thawaf, maupun shalat-shalat wajibnya.

Maka dengan agak terpaksa, berangkat juga mereka ke masjid. Pak Hasan di sepanjang perjalanan menuju masjid tiada henti-hentinya batuk. Bahkan kakinya begitu capek dipakai untuk berjalan. Tetapi toh, akhirnya sampai juga mereka di masjidil Haram. Meskipun jarak dari maktab mereka menuju masjid cukup jauh. Sesampai di masjid, mereka mencari tempat yang cukup nyaman. Pak Hasan dan istrinya melakukan thawaf sunah sebagai penghormatan masuk masjidil Haram, sebelum mereka melakukan ibadah lainnya.

Ketika pak Hasan dan istrinya melakukan thawaf inilah bagian dari cerita ini dimulai…
Dengan terbata-bata, dan masih digandeng oleh istrinya pak Hasan mulai melakukan thawaf. Diayunkannya kaki kanannya untuk memulai thawaf. “Bismillaahi allaahu akbar…!”
Demikian kalimat pertama yang dilontarkan pak Hasan sebagai pertanda ia memulai thawafnya. Maka dengan hati-hati sekali, karena khawatir badannya bertambah lunglai, pak Hasan melangkahkan kakinya berjalan memutari Ka’bah. Pada saat pak Hasan beberapa langkah memulai thawafnya itu, tiba-tiba di sebelah kanannya, yang hampir berhimpitan dengan pak Hasan, ada seorang bertubuh kecil yang juga bergerak melakukan thawaf, beriringan dengan pak Hasan. Entah apa yang menyebabkan pak Hasan tertarik dengan orang ‘kecil’ itu, sambil berjalan lambat pak Hasan memperhatikan orang itu lebih seksama.

“Mengapa orang itu tubuhnya pendek, bahkan cenderung seperti anak kecil ?” pikirnya.
Setelah beberapa lama pak Hasan memperhatikan orang tersebut, di tengah riuhnya para jamaah yang juga sedang melakukan thawaf itu, tiba-tiba pak Hasan menjerit lirih ! ” …………….akh ! ” katanya.
Begitu terkejutnya pak Hasan, sampai-sampai pak Hasan agak terhenti langkahnya. Anehnya, orang itu pun ikut berhenti sejenak, kemudian menoleh kepada pak Hasan sambil tersenyum. Ketika pak Hasan berjalan lagi, dia pun berjalan lagi, dan terus mengikuti di samping pak Hasan. Ketika pak Hasan mempercepat langkah kakinya, orang itu pun ikut mepercepat gerakannya, sehingga tetap mereka berjalan beriringan.

Muka pak Hasan kelihatan pucat pasi. Bibirnya agak gemetar menahan tangis. Ia betul-betul terpukul oleh perilaku orang tersebut. Seperti dengan sengaja, orang itu terus mengikuti gerakan pak Hasan dari samping kanan. Bahkan yang membuat pak Hasan mukanya pucat adalah orang tersebut selalu tersenyum, setelah menoleh ke arah pak Hasan.

Siapakah orang tersebut ?

Ternyata dia adalah seorang yang berjalan dan bergerak thawaf mengelilingi ka’bah dengan hanya menggunakan kedua tangannya saja. Dia orang yang tidak memiliki kaki….!
Kedua kakinya buntung sebatas paha. Sehingga ia berjalan hanya dengan menggunakan kedua tangannya. Bulu kuduk pak Hasan merinding, jantungnya seolah berhenti berdegub. Keringat dingin membasahi seluruh pori-pori tubuhnya… Pak Hasan merintih dalam hatinya :

“…ya Allaah ampuni aku ya Allaah…, ampuni aku…”
Air mata pak Hasan tidak bisa dibendung lagi. Sambil tetap berjalan pak Hasan terus mohon ampun kepada Allah. Tanpa terasa, pak Hasan sudah memutari ka’bah untuk yang ke 2 kalinya. Dan pak Hasan pun masih terus menangis. Ingin rasanya ia berlari memutari ka’bah itu. Ingin rasanya ia menjerit keras-keras untuk melampiaskan emosinya….pak Hasan tidak tahu bahwa pada putaran yang kedua itu ia sudah tidak bersama lagi dengan orang tanpa kaki tersebut. Tidak tahu ke manakah perginya orang cacat itu.

Seorang yang selalu tersenyum meskipun tanpa kedua kaki.
Apa gerangan yang dipikirkan pak Hasan saat itu ?  Pak Hasan begitu malu pada dirinya sendiri! Apalagi kepada Allah Swt. Pak Hasan merasa bahwa memang sakit. Sakit flu, batuk, badan capek. Dan sudah beberapa hari berdiam diri saja di hotel tidak ke masjid untuk thawaf. Dengan alasan badan capek, tenggorokan sakit, bahkan obat dokter tidak ada yang bisa menyembuhkannya. Sekarang, ditengah-tengah hiruk pikuknya para jama’ah yang sedang melakukan thawaf, ternyata ada seorang yang tidak punya kaki, yang kondisi tubuhnya sangat menyedihkan, tapi dengan mulut tersenyum ia melakukan thawaf…

Akh ! ….betapa terpukulnya harga diri pak Hasan.
Ia punya kedua kaki, badannya tegap, pikirannya cerdas, datang jauh dari Indonesia, tetapi terserang penyakit ringan sejenis flu saja sudah tidak mau beribadah ?
Sementara orang itu…..

Sungguh pak Hasan tidak kuasa bicara lagi. Ingin rasanya ia menjerit mohon ampunan Allah Swt…. Atas kesalahan fatal, yang ia lakukan. Dan sejak saat itu, pak Hasan tiba-tiba dapat bergerak gesit. Ia berjalan penuh dengan semangat mengelilingi ka’bah pada putaran-putaran berikutnya. Dan secara tidak ia sadari badan pak Hasan menjadi kuat. Ia tidak batuk-batuk lagi, bahkan tenggorokannya terasa begitu ringan, ketika dipakai untuk berdo’a kepada Allah…!
Istri pak Hasan yang berjalan di samping pak Hasan, tidak mengetahui secara detail, apa yang terjadi dalam diri pak Hasan. Yang ia tahu tiba-tiba pak Hasan tidak batuk lagi, jalannya tidak lamban, bahkan cenderung gesit. Ah, rupanya pak Hasan sudah sembuh, Ia disembuhkan oleh Allah lewat ‘peragaan’ orang cacat, yang selalu tersenyum meskipun ia tidak punya kaki. Obat dokter tidak bisa menyembuhkan pak Hasan, justru thawaf seorang cacat-lah, yang menjadi obat mujarabnya.. Mengapa bisa demikian ?

Sebab begitu pak hasan menyadari akan kesalahannya, ia langsung mohon ampun sejadi-jadinya atas kekeliruan yang telah ia lakukan. Penyesalan yang tiada terhingga itulah rupanya obat yang sesungguhnya.(QS. Hud (11) : 3)
 ”Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu, mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat. (QS. Hud (11) : 90)

"Dan mohonlah ampun kepada Tuhanmu kemudian bertaubatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku Maha Penyayang lagi Maha Penyasih." [QS. Huud: 90]

Sembuhnya pak Hasan, karena rasa penyesalan yang mendalam. Sembuhnya pak Hasan karena ia bertaubat pada saat itu juga. Sembuhnya pak Hasan, karena Allah Dzat Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu itu telah meridhainya. Sembuhnya pak Hasan karena Allah memberikan sebuah obat berupa sebuah adegan atau suguhan menarik, yang sangat mempengaruhi jiwa pak Hasan.

”dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku, dan Yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali), dan Yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat”. QS. Asy-Syuaraa’ (26) : 80-82

Kesimpulan dan pelajaran

Kita sering mengeluh dengan keadaan kita karena kita tidak mampu memandang sekitar kita, pikiran kita sempit karena apa yang ada diri kita selalu dicerminkan kepada orang yang lebih daripada kita misalnya orang sakit yang memandang orang sehat sehingga tidak mau bersyukur dengan keadaan yang ada pada dirinya, akhirnya berawal dari ketidak mau bersyukur itu timbulah rasa malas, rasa rendah diri, tidak punya kepercayaan diri dan sebagainya.  Dan lebih parah kita sering mengeluh kepada Allah. Padahal Allah tidak memberi ujian melebihi kemampuan orang.  Dan Allah tidak memberikan ujian melainkan supaya kita menjadi orang yang lebih kuat secara spiritual. Dan kuatnya spiritual/keimanan adalah kunci kebahagiaan dunia dan akhirat.

Berbeda keadaan jika kita bisa memandang sekitar kita yang lebih buruk keadaannya daripada kita. Misalnya orang sakit memandang orang cacat tadi. Sehingga kita bisa berpikir orang yang lebih buruk keadaannya daripada kita saja kita bisa melakukannya mengapa kita yang lebih baik keadaanya tidak bisa melakukannya. Dari hal itu akan timbul rasa syukurnya kepada Allah bahwa dia masih dikarunai nikmat yang lebih baik daripada orang lain, rasa syukur akan menimbulkan semangat yang besar sehingga yang lemah akan menjadi kuat, yang sakit bisa jadi sehat, yang bodoh akan menjadi pandai, yang miskin bisa berhasil jika mau berusaha, yang malas menjadi rajin dan sebagainya.  

Memanglah sebagai manusia kita harus sadari kekurangan kita yang selalu “mendongak keatas dan tidak pernah memandang kebawah” atau selalu memandang orang yang lebih baik daripada kita dan jarang sekali melihat orang yang kemampuannya dibawah kita, sehingga kita merasa kecil dan rendah diri dihadapan manusia. Tidak bersyukur dengan apa yang ada.

Ingatlah bahwa Rasulullah saw pernah bersabda “Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu. Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dan Sesungguh syukur mendatangkan nikmat yang banyak dan kufur mendatangkan azab yang pedih. Kekufuran berangkat dari mengeluh daripada apa yang Allah karuniakan kepada kita tidak mau bersyukur dengan apa yang ada, selalu menuntut keadaan. Allah berfirman : Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".(Ibrahim ayat 7)
Wallahu’alam
(Refrensi : Kafemuslimah.com)

Mutiara Nasehat No. 291 - 230

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ





Kata mutiara nasehat ini Terinspirasi dari mutiara Qur'an , hadits dan perkataan ulama. jika ada yang salah mohon dimaafkan yang sebesar-besarnya. Tujuan kami hanyalah semakin mempermudah pemahaman kita dalam mempelajari ajaran agama islam. semoga bermanfaat amiien





291. hasud

“Penyakit hasud adalah seperti penyakit kanker. Bila dibiarkan tidak segera diobati akan segera menggerogoti seluruh tubuh. Begitu juga dengan hasud dibiarkan tidak segera bertobat maka hanya akan membinasakan diri sendiri”

(ashabul muslimin)



292. kedekatan dengan Allah 

“Sesungguhnya kedekatan seorang hamba tergantung cara memandang posisi Allah dengan dirinya di hatinya. Sesungguhnya kemuliaan seorang hamba disisi-Nya adalah tergantung cara memandang kedudukan Allah didalam hatinya. Karena sesungguhnya Allah menghendaki sesuatu menurut persangkaan hamba-Nya kepada-Nya.”

“Anda tidak akan pernah mengenali diri sendiri (siapa saya, untuk apa saya ada, dan untuk apa saya berusaha) sebelum anda mengenal Allah dengan baik”. Kegersangan hati dan kesempitan hidup adalah akibat dari tidak mengenal Tuhannya (Allah SWT)”.

(ashabul muslimin)



293. hidup adalah cermin 

“kehidupan adalah cermin dari akhlaq seseorang, baik prilaku kita kepada yang lain maka baik juga orang lain kepada kita, jelek prilaku kita kepada orang lain maka akan jelek juga prilaku orang lain kepada kita”.

“Yang sering kita tidak sadari kita sering menyibukkan diri dengan meneliti aib orang lain tanpa sedikitpun melihat kebaikannya, sedangkan diri sendiri yang berhati kotor ini tidak diperhatikan, padahal bisa jadi kelakuan kita justru lebih buruk daripada orang lain yang kita teliti tadi.”

(ashabul muslimin)



294. muslim adalah...

"Orang Islam itu adalah orang yang orang-orang Islam lainnya selamat dari lidah dan tangannya; dan orang yang berhijrah (muhajir) adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah."

“Seorang pencela yang mengaku islam hanya akan menjelek-jelek agama, padahal agama tidak mengajarkan saling mencela, tetapi agama mengajarkan nasehat dan hikmah”.

(Ashabul muslimin dari hadits nabi)



295. amalan terbaik

“Salah satu amalan terbaik yang diajarkan islam adalah memberi salam kepada muslim yang dikenal maupun tidak, dan hal itu merupakan salah satu tanda kiamat adalah seorang muslim hanya mengucapkan salam kepada yang dikenal”.

(ashabul muslimin)



296. cinta yang paling utama

“Tidak beriman salah seorang diantara kita sehingga kita mencintai nabi Muhammad saw (sebagai sarana mendekatkan diri kepada AllahSWT) melebihi cinta seluruh makhluk termasuk keluarga, anak istri, teman, kerabat dan seluruh manusia apalagi cuma artis penghibur”.

“Karena cinta akan mengantarkan manusia kepada mencontoh perilaku, baik orang yang kita cintai akan baik juga perilaku kita, jelek orang yang kita cintai akan jelek juga perilaku kita”.

“Cinta sejati bisa tercermin dari cara memperlakukan yang dicintainya. Jika memang kita benar-benar cinta nabi Muhammad saw maka akan tercermin dari akhlaq kita yang meniru beliau walaupun pasti kita tidak mampu meniru seluruh akhlaq mulia nabi saw”.

(ashabul muslimin)



297. Tanda keimanan

“Tanda keimanan adalah cinta kepada sesama muslim tanda munafik adalah membenci sesama muslim”.

(ashabul muslim)



298. tentang ajaran pokok islam

Berikut nasehat rasulullah kepada para sahabat dan semua kaum muslimin :

"Berbaiatlah (berjanjilah setia) kamu kepadaku (dalam riwayat lain: Kubaiat kamu sekalian) untuk tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu, tidak mencuri, tidak berzina, dan tidak membunuh anak-anakmu (dan kamu tidak akan merampas). Jangan kamu bawa kebohongan yang kamu buat-buat antara kaki dan tanganmu, dan janganlah kamu mendurhakai(ku) dalam kebaikan. Barangsiapa di antara kamu yang menepatinya, maka pahalanya atas Allah. Barang siapa yang melanggar sesuatu dari itu dan dia dihukum (karenanya) di dunia, maka hukuman itu sebagai tebusannya (dan penyuci dirinya). Dan, barangsiapa yang melanggar sesuatu dari semua itu kemudian ditutupi oleh Allah (tidak terkena hukuman), maka hal itu terserah Allah. Jika Dia menghendaki, maka Dia memaafkannya. Dan, jika Dia menghendaki, maka Dia akan menghukumnya."

(Hadits nabi Muhammad saw)



299. Sifat malu sebagian dari iman

“Sesungguhnya malu adalah sifat malu adalah sifat yang terpuji dan tidak membahayakan, maka biarkanlah sifat itu menempel, karena malu adalah sebagian dari keimanan”.

(ashabul muslimin dari hadits nabi saw)



300. 3 amalan pokok

"Ada tiga perkara yang barangsiapa yang dapat mengumpulkan ketiga hal itu dalam dirinya, maka ia telah dapat mengumpulkan keimanan secara sempurna. Yaitu, memperlakukan orang lain sebagaimana engkau suka dirimu diperlakukan oleh orang lain, memberi salam terhadap setiap orang (yang engkau kenal maupun yang tidak engkau kenal), dan mengeluarkan infak di jalan Allah, meskipun hanya sedikit."

(Hadits Nabi Muhammad SAW)

Mutiara Nasehat No. 281 - 290

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ




Kata mutiara nasehat ini Terinspirasi dari mutiara Qur'an , hadits dan perkataan ulama. jika ada yang salah mohon dimaafkan yang sebesar-besarnya. Tujuan kami hanyalah semakin mempermudah pemahaman kita dalam mempelajari ajaran agama islam. semoga bermanfaat amiien

281. Motivasi diri
“Selain kita wajib mengetahui hal-hal yang dapat memotivasi kita beramal shalih. Kita juga harus juga mengetahui hal-hal yang dapat menghambat semangat beramal shalih sehingga kita bisa mengatasinya.”
“Selain kita wajib mengetahui besarnya balasan kebaikan orang yang beramal shalih supaya kita ikhlas dan semangat beramal. Kita juga wajib mengetahui mengerikannya balasan azab bagi orang yang berbuat kezaliman supaya kita takut mendekati perbuatan itu”.
(Ashabul Muslimin)

282. karakter pemimpin
“Pemimpin yang bijak dan berwibawa adalah bersikap rendah hati tidak berlebihan,  mengetahui keadaan yang dipimpin dan tidak terlalu menuntut diluar batas kemampuan, tidak hanya menggurui tapi juga mencontohkan dengan perbuatan, menempatkan tugas kepada yang ahli pada bidangnya, Tanggap kepada keadaan dan masukan dari orang lain dan tidak mudah sakit hati terhadap kritisan orang lain”.
(Ashabul Muslimin)

283. berjuang dijalan Allah
“Berjuang dijalan Allah tidak cukup dengan kekuatan fisik akan tetapi lebih utama kekuatan akal berupa ilmu. Karena dengan ilmu kita dapat mengatur strategi perjuangan yang akan mendukung sebuah kesuksesan”.
(ashabul muslimin)

284. hidup mewah mempersempit pikiran
“Hidup dalam serba kemewahan menghalangi dari hidayah dan mempersempit pola berpikir, kurang pekanya terhadap lingkungan sekitarnya. sedangkan kehidupan yang terbiasa menghadapi kesulitan, kesusahan dan penderitaan akan melatih kemandirian, kedewasaan berpikir dan kesabaran serta menumbuhkan kesadaran untuk berusaha”.
“Karena kita yakini setiap kesulitan pasti ada kemudahan jika memang sungguh mau berusaha".
(ashabul muslimin)

285. nurani 
“Hati nurani manusia tak pernah berbohong tentang kebenaran tetapi manusia yang sering membohongi dirinya sendiri karena menuruti hawa nafsu”
(Ashabul muslimin)

286. awas lidah ular 
“jangan mudah tertipu kata-kata manis yang keluar dari seorang fasiq karena lebih bahaya daripada ular berbisa”.
(ashabul muslimin)

287. gagal awal dari sukses
“Kegagalan bukanlah akhir dari usaha tapi kegagalan adalah awal dari sebuah kesuksesan, jika anda menyerah maka anda menyia-nyiakan kesempatan sebuah kesuksesan, bangunlah dan berdiri kemudian berlari lagi mengejar mimpi”.
(ashabul muslimin)

288. mimpi adalah bibit kesuksesan
“Mimpi adalah bibit kesuksesan yang lahir dari sebuah keterbatasan, keterpurukan, kesusahan dan kesulitan. Mimpi akan menjadi nyata jika mimpi itu ada pada seseorang yang punya tekad kuat untuk merubah keadaan, pantang menyerah, dan tekun belajar”.
(ashabul muslimin)

289. akal
“ Manusia waras selalu berpikir berkali-kali untuk bertindak, tetapi manusia yang rusak akalnya selalu berpikir sekali-kali dan suka sekali budaya ikut-ikutan yang tak tahu arah kemana yang diikuti itu”.
“Penyebab rusaknya akal manusia adalah selalu mengikuti hawa nafsu, menuruti amarah, dan banyak makan barang haram”.
(ashabul muslimin)

290. menahan hawa nafsu
“Jika kita memang mau menghendaki kebaikan pada diri kita kuncinya hanya satu yaitu menahan  hawa nafsu secara dhohir dan batin”.
(ashabul muslimin)






Mutiara Nasehat No. 271-280

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ




Kata mutiara nasehat ini Terinspirasi dari mutiara Qur'an , hadits dan perkataan ulama. jika ada yang salah mohon dimaafkan yang sebesar-besarnya. Tujuan kami hanyalah semakin mempermudah pemahaman kita dalam mempelajari ajaran agama islam. semoga bermanfaat amiien

271. Pergaulan mempengaruhi perilaku
“Barang siapa gemar bermain dengan anak-anak maka dia akan menjadi gemar bermain
Barang siapa bergaul dengan orang tua maka akan bertambah pengalamannya
Barangsiapa bergaul dengan orang pandai akan bertambah ilmunya
Barang siapa bergaul dengan orang bodoh maka akan bertambah kekolotannya
Barang siapa banyak bergaul dengan ulama akan bertambah keimanannya
Barangsiapa bergaul dengan orang jahat maka akan tertular kejahatannya
Barang siapa bergaul dengan perempuan maka akan semakin besar syahwatnya”
(Ashabul muslimin dari kitab nashihatul i’bad)

272. Pertanggungan jawab
“Berlomba-lombalah dalam mengemban tanggung jawab berupa amanah sesuai bidang yang dipimpinnya. Karena seringan-ringan pertanggungjawaban diakhirat lebih berat dari pada seberat-berat pertanggung jawaban didunia”.
(Ashabul Muslimin)

273. gaya bicara
"Seorang yang pandai bicaranya sedikit tapi penuh makna tetapi orang dungu bicaranya banyak terkadang tak ada manfaatnya sama sekali."
(ashabul muslimin)

274. Pokok Pendidikan Anak
“Metode pendidikan anak akan jauh lebih efektif bila kita mencontoh al-Qur’an sebagai pedoman dalam pendidikan anak daripada metode diri sendiri yang kita pakai yang belum tentu sesuai fitrah dalam mendidik anak.”
“Dalam Al-Quran surat Al-Luqman terdapat hikmah pelajaran yaitu ada enam hal penting yang disampaikan Luqman kepada anaknya. Pertama, larangan mempersekutukan Allah. Kedua, berbuat baik kepada dua orang ibu-bapak. Ketiga, sadar terhadap pengawasan Allah / bersikap ihsan. Keempat, mendirikan shalat, 'amar makruf nahi mungkar, dan sabar dalam menghadapi persoalan. Kelima, larangan sombong dan membanggakan diri. Dan keenam, bersikap sederhana dan bersuara rendah (rendah hati)”.
(Ashabul muslimin dari surat al-Luqman)

275. Zuhud
“Zuhudlah terhadap dunia maka engkau akan dicintai Allah dan zuhudlah terhadap apa yang ada pada manusia maka engkau akan dicintai manusia.”
(Hadits nabi saw dari riwayat ibnu majjah)

276. Zuhud
“Barangsiapa yang berlaku zuhud di dunia, maka akan terasa ringan musibah-musibah yang menimpa dirinya”
(Nasehat Ali bin Abi Thalib ra.)


277. Zuhud
“Zuhud di dunia akan menjadikan hati dan badan beristirahat”.
“Barangsiapa yang cinta terhadap dunia dan mengaguminya, niscaya kecintaan kepada negeri akherat akan lenyap dari hatinya”
(Nasehat Hasan al Basri ra.)

278. cinta dunia
“Cinta dunia merupakan pokok dari segala perbuatan dosa”.
(Nasehat Jundub Bin Abdillah ra.)

279. utamakan akhirat
“Barangsiapa yang menginginkan Akherat ia akan mengorbankan dunianya, dan barangsiapa yang orientasi hidupnya adalah dunia maka dia akan mengorbankan Akheratnya. Wahai manusia, korbankanlah yang akan binasa untuk mendapatkan yang kekal selama-lamanya.”
 “Kalian lebih panjang sholatnya, dan lebih banyak kesungguhannya daripada Sahabat Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam, akan tetapi mereka lebih utama dari pada kalian.” Maka beliau ditanya, Apa sebabnya ? Beliaupun menjawab : “Adalah mereka lebih zuhud terhadap dunia tetapi sangat rakus dalam urusan akherat dari pada kalian”.
(Nasehat Ibnu Mas’ud ra.)

280. zuhud 
 “Zuhud adalah meninggalkan hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan urusan akherat, adapun sikap wara’ adalah meninggalkan perkara yang ditakutkan bisa menganggu urusan akherat.”
“Oleh karena itu sifat zuhud takkan sempurna bila diiringi sifat wara’”
(Ashabul Muslimin dari nasehat Imam Ibnu Taimiyah)


Minggu, 17 Juni 2012

Mutiara Nasehat No. 241-250


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ


Kata mutiara nasehat ini Terinspirasi dari mutiara Qur'an , hadits dan perkataan ulama. jika ada yang salah mohon dimaafkan yang sebesar-besarnya. Tujuan kami hanyalah semakin mempermudah pemahaman kita dalam mempelajari ajaran agama islam. semoga bermanfaat amiien




241. semua titipan-Nya
“jangan merasa memiliki jika tak ingin merasa kehilangan. Sadarilah semua titipan Tuhan (Allah) dan semua akan kembali kepadanya. Ingatlah dahulu manusia terlahir itu tidak membawa apapun begitu juga kalau ajal menjemput tidak membawa apapun dari hasil usahanya. Yang dibawa hanyalah amal sholih”.
“Kita hanya wajib merasa memiliki keimanan supaya jangan sampai kehilangan iman”. Karena tak ada kehilangan sesuatu yang lebih buruk daripada kehilangan iman”.
(ashabul muslimin)

242. etika dakwah adalah dengan bahasa kaum
Rasulullah berpesan, “Khâtibun-nâsa bilughati qaumihim” (Berbicaralah / berdakwahlah kepada manusia dengan bahasa kaumnya.)
“karena itu dakwah tidak akan efektif bila menggunakan bahasa yang tidak dimengerti suatu kaum (misalnya dakwah dengan orang jawa kok pakai bahasa inggris atau bahasa arab.”)
“Memang islam dibawa oleh orang suku arab (nabi Muhammad saw) akan tetapi Islam adalah agama miliki Allah Tuhan yang menciptakan manusia yang bersuku-suku dan berbangsa-bangsa dan berbahasa beda-beda.”
“Dakwah itu kuncinya yang penting paham dan dimengerti. Fungsi dalil hanya sebagai penguat kebenaran suatu argumen. Bukan sebagai bahasa dakwah.”
(ashabul muslimin)

245. Yang penting paham
“Yang penting paham walaupun tidak hafal daripada hafal tapi tidak paham karena sama saja hal yang sia-sia. Karena ilmu dicari bukan sebagai hafalan tapi dicari karena diambil manfaatnya”.
(ashabul muslimin)

246. perbandingan antara inteljensi dan spiritual 
“Secerdas apapun otak manusia kalaupun tidak bisa mengelola kecerdasannya akhirnya kemampuannya terbuang sia-sia”.
“Kecerdasan IQ (kecerdasan intelejensi) akan sia-sia bila tidak diimbangi dengan ilmu agama (kecerdasan Spiritual)”.
“Anggapan banyak orang sekarang adalah anak yang nilai pelajarannya bagus dialah anak pandai padahal kepandaian otak tidak menjamin kesuksesan manusia”. Bahkan anak ber-IQ tinggi (pandai otaknya) tingkat stressnya justru lebih tinggi”. Maka jika anda bisa meneliti kalau banyak pengguna narkoba dan miras justru kebanyakan anak ber-IQ tinggi karena stress menerima banyak pelajaran disekolah”. Faktornya adalah anak cerdas (IQ tinggi) biasanya suka mendramatisir sebuah masalah (menyikapi masalah berlebihan)”.
“Sesungguhnya faktor terbesar kesuksesan dalam diri manusia adalah faktor tawakal / kecerdasan spiritual. Karena tidak jarang orang berpendidikan rendah menjadi orang sukses karena ketekunan dan keuletannya.”
(ashabul muslimin)

247. Politik iblis 
POLITIK IBLIS : " Judi dinamakan adu ketangkasan. Dahulu, judi bahkan dinamakan sumbangan dana sosial; pelacur dijuluki wanita idaman; riba disebut bunga; pengingkaran terhadap ayat dinamakan kontekstualisasi; penyelewengan Alquran diklaim membumikan Alquran; pembantaian penduduk sipil disebut penegakan demokrasi. Memerangi Islam disebut memerangi teroris"
(nasehat ulama)

248. akhlaq mulia salah satu kunci surga
“Nabi saw pernah bersabda ”Yang paling banyak memasukkan ke surga adalah takwa kepada Allah dan akhlak yang mulia”
“Maka barangsiapa yang menginginkan surga sebaiknya keimanan dan ketaqwaan diiringi dengan perbuatan akhlaq yang baik kepada sesama makhluk Allah.”
“Karena manusia diciptakan tidak hanya untuk beribadah kepada Allah saja namun juga sebagai makhluk sosial yang membutuhkan satu sama lainnya”.
(ashabul muslimin dari hadits nabi)


249. Jangan takut resiko dalam mengejar cita-citamu
“Jangan takut badai bila ingin berlayar. Jangan takut binatang buas bila ingin berburu”.
“Begitu juga jangan takut rintangan dalam mencari ilmu. Tak ada ilmu yang didapatkan dengan mudah melainkan mudah hilang juga dari ingatan”.
(ashabul muslimin)

250. hati hati dengan mengumpat
“Mengumpat dan mencela sesama muslim sama dengan memakan bangkainya”.
“Meskipun anda banyak amal shalih namun sayang sekali jika anda bangkrut karena ulah mulut anda sendiri”.
(ashabul muslimin)








Mutiara Nasehat No. 261-270

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Kata mutiara nasehat ini Terinspirasi dari mutiara Qur'an , hadits dan perkataan ulama. jika ada yang salah mohon dimaafkan yang sebesar-besarnya. Tujuan kami hanyalah semakin mempermudah pemahaman kita dalam mempelajari ajaran agama islam. semoga bermanfaat amiien 


261. Berkah memuuliakan tamu
"Sesungguhnya tamu itu apabila dia datang ke rumah seseorang mukmin itu, maka dia masuk bersama dengan seribu berkah dan seribu rahmat. Maka muliakanlah tamu itu supaya mendapatkan berkah yang lebih banyak"
(Ashabul muslimin dari hadits nabi)

262. Takdir
“Tak ada yang bisa memastikan kecuali hanya Allah. Kewajiban kita hanya tawakal dan ihtiar. Dan hasil ketentuannya Allah lah yang menentukan”.
“Maka jangan jadi orang yang berlebihan yang suka mereka-reka, meramal, menyangka-nyangka dsb. Karena itu sama saja mau mendahului kehendak Allah”.
(Ashabul Muslimin)

263. Pendidikan karakter islam
 “Pendidikan karakter mempunyai 4  faktor yang urgen yang mempengaruhi keberhasilan yaitu Teori, Ilmu yang dipraktekkan dan keteladanan yang baik, dan istiqomah”.
“Pendidikan tidak akan berhasil jika hanya dengan mulut (memerintah tanpa mencontoh). Tapi pendidikan insyaAllah akan berhasil jika guru (orang tua dan guru disekolah) mempunyai keteladanan dan kepedulian yang baik terhadap anak didiknya.”
“dan Faktor yang tidak kalah pentingnya adalah pendidikan karakter anak sejak dini. Karena berlatih waktu kecil ibarat mengukir diatas batu dan masuknya ilmu semudah masuknya kedalam air. Sedangkan jika sudah dewasa adalah sebaliknya. Masuknya ilmu sesulit mengukir diatas batu, dan hilangnya semudah ukiran diatas air.”
“Artinya menuntut ilmu diwaku kecil sangat mudah menghafal dan ilmu sulit hilang dari pikiran sehingga menjadi karakter anak itu sampai dewasa. Sebaliknya menuntut ilmu diwaktu dewasa sulit menghafal dan ilmu mudah hilang dari ingatan. Sebabnya adalah akal pikiran masih jernih dan hati anak-anak masih suci  daripada yang sudah baligh.
(Ashabul Muslimin)
265. menghargai karya orang lain
“Hanya orang yang berakal (pandai dan banyak pengalaman) yang mau menghargai hasil karya dan perbuatan orang lain. Dan hanya orang yang bodoh orang yang selalu membanggakan diri dan selalu mencela kekurangan orang lain”.
(ashabul muslimin)

266. 7 hal yang perlu kita pahami 

Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka ada 7 hal yang perlu kita  perhatikan :

“Orang yang banyak bicaranya janganlah kamu harapkan sangat kesadaran hatinya (kebijaksanaannya).”
“Orang yang banyak makan janganlah kamu harapkan sangat kata-kata hikmah (nasehat) darinya.
“Orang yang banyak bergaul dengan manusia janganlah kamu harapkan sangat kemanisan ibadahnya.”
“Orang yang cinta kepada dunia janganlah kamu harapkan sangat khusnul khatimahnya.”
“Orang yang bodoh janganlah kamu harapkan sangat akan hidup hatinya.”
“Orang yang memilih berkawan dengan orang yang zalim janganlah kamu harapkan sangat kelurusan agamanya.”
“Orang yang mencari keredhaan manusia janganlah harapkan sangat akan keredhaan Allah daripadanya."

(Nasehat Ulama Bijak)

267. Sombong adalah penghapus cahaya hidayah
“Allah tidak menyesatkan seorang hamba tapi hamba itulah yang menyesatkan dirinya karena tidak mau menerima petunjuk dan kesombongannya terhadap kebenaran. Orang yang tersesat biasanya semakin jauh tersesat jika kesesatannya disebabkan oleh kesombongannya. Tapi orang yang tersesat karena tidak tahu maka Allah akan memberinya petunjuk dan jika menerima tanpa berat hati dan ikhlas kebenaran itu maka itulah hamba yang mendapatkan hidayah”.
(ashabul muslimin)

268. Ibarat bagi orang murtad
“Keluar daripada islam ibarat orang yang menyeburkan diri kelaut pada saat kapal berlayar. Begitu juga diakhirat para murtad akan menyeburkan dirinya ke neraka jahanam dan tidak akan keluar selama-lamanya. Maka hati-hatilah dengan segala sesuatu yang merapuhkan keimanan. Dan faktor terbesar penyebab murtad adalah tidak sabar dengan ujian dan cobaan dan tidak sepenuhnya meyakini kebenaran islam (ragu-ragu)”.
(ashabul muslimin)

269. Tauhid
“Tuhan itu Maha Esa tak mungkin Tuhan itu Jumlahnya banyak. Tuhan itu Tempat Bersandar semua makhluk dan tak mungkin Tuhan memerlukan makhluk-Nya. Tuhan itu tidak berjenis kelamin dan tidak beranak dan diperanakan tidak mungkin Tuhan itu mempunyai anak atau seorang anak manusia. Tuhan itu tidak menyerupai apapun juga mustahil Tuhan serupa dengan manusia, benda mati, langit, benda langit, pepohonan, batu, patung, salib, lambang-lambang dan sebagainya. Tuhan kita adalah Allah SWT Tuhan yang menciptakan Langit dan Bumi dan Segala isinya. Maka janganlah engkau menyekutukannya dengan sesuatu apapun jika kamu ingin masuk surga.”
(Ashabul muslimin dari ayat al-ikhlas)

267. didalam diri makhluk sombong
“Tak prilaku yang dapat dijadikan teladan dan tak ada kata-kata yang dapat dijadikan nasehat dan tak ada kehidupan yang dijadikan hikmah yang baik dalam diri makhluk sombong”.
(ashabul muslimin)

268. Tanda kiamat dijaman sekarang, waspadalah saudaraku
“Nabi pernah mengatakan kiamat tidak akan terjadi sebelum seseorang mukmin melihat kuburan orang lain lalu dia berharap bisa menggantikan tempat kuburnya karena dia melihat fitnah / huru-hara yang begitu banyak dan begitu berat dirasakan diakhir zaman.
“Dikala itu disaat jaman jahiliyah kembali lagi, akhlaq manusia lebih rendah daripada binatang, dan ketika binatang prilakunya lebih mulia daripada manusia, amanah disia-siakan, agama dijadikan barang dagangan, al-Qur’an tinggal tulisan, Masjid tinggal bangunan,Islam hampir tinggal nama, umat islam perang sendiri, dan musuh islam bertepuk tangan dibelakang karena menang tanpa melawan,  uang dijadikan sesembahan, pangkat dan jabatan dijadikan alat penindasan, artis-artis menjadi panutan kerusakan moral remaja, nasehat ulama diabaikan,  manusia tak peduli lagi halal dan haram, jumlah manusia sangat banyak tapi kebanyakan bodoh tentang agama, yang baik disalahkan yang salah dibenarkan, anak banyak yang durhaka kepada orang tuanya, bayi-bayi kembali dikubur hidup-hidup bahkan dibuang ditempat sampah, nyawa manusia tak lebih berharga daripada bangkai tikus, yang benar dan mana yang salah tidak kelihatan jelas, keadilan barang yang mahal, para pemimpinnya orang-orang tolol, kesyirikan merajalela, perang semakin menjadi-jadi, para remaja rusak moral, laki-laki dan perempuan tak bisa dibedakan lagi,  orang berpendidikan bukan menjadi kaum yang beradab tapi malah menjadi kaum yang biadab, dikala penggembala kambing adalah orang yang paling bahagia hidupnya (hidup didaerah tepencil sehingga bisa menyelamatkan keimanannya), banyak pemutusan silaturahim dan pertikaian hanya karena barang sepele, bencana alam dimana-mana, ketika para dajjal menyebarkan kesesatannya, dan akan sangat jarang orang yang benar agamanya walaupun dikatakan sebagai orang alim , dan seribu satu fitnah lainnya.”
“Seorang mukmin waktu itu jiwanya seperti meleleh. Karena melihat kemungkaran yang semakin menjadi-jadi akan tetapi hanya bisa melihat dengan tatapan mata kosong (tidak bisa berbuat apapun)”.
(Ashabul muslimin dari hadits nabi)

269. Naluri manusia lebih buas dari binatang
“ternyata naluri manusia lebih kejam daripada binatang buas bila manusia tak kenal Allah. Manusia seperti itu sudah tak punya hati lagi (tak bisa berpikir dengan akal dan hidup hanya untuk memuaskan nafsu syahwat) . Tak lebih jelek daripada babi, anjing atau tikus”.
(Ashabul Muslimin)

270. Cermin dari kebenaran
“seorang yang benar agamanya akan tercermin dari budi pekerti dan akhlaqnya. Karena sesuatu yang baik akan menghasilkan yang baik juga”.
“Sedangkan seorang yang tidak beres agamanya maka akan tercemin juga dari prilaku buruknya yang selalu egois ingin menang sendiri, sombong, suka memutus silaturahim, mencela, dan memfitnah orang lain, munafik , gemar menipu dan sebagainya. Karena segala yang buruk akan menghasilkan yang buruk juga”.
(ashabul muslimin)