Kamis, 12 Juli 2012

Pendidikan Islam : Lihatlah Kerusakan Generasi Jaman Ini

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ




Oleh : Ust. Drs. Budi Utomo, M.Pd.


(Direktur Sekolah Islam Binaaul Ummah - Tambun Selatan, Bekasi)






Perhatikan Keadaan Remaja Jaman Sekarang


Wahai para orang tua, waspadalah! Coba engkau prediksi kehidupan seperti apa yang akan dialami putra-putri kalian ! Jika kalian tidak perhatikan keadaan ini barangkali bisa menimpa buah hati kalian!
Perhatikanlah data penelitian kehidupan remaja pada saat ini : mengkonsumsi minuman keras (83,3%), begadang malam (93,3%), berbohong (100%), hubungan seks diluar nikah (40%), mencuri (46,7%), penyalahgunaan narkoba (73,3%), berjudi (33,3%), kumpul kebo (16,7%), melihat gambar porno (23,3%), membunuh (3,3%), dan sejumlah data kerusakan akhlak di berbagai sisi kehidupan (Hasil penelitian Puslitbang Departemen Sosial RI).


Kebobrokan akhlak remaja merupakan pantulan rusaknya aqidah dan agama mereka. Hidup liar tanpa kendali agama, para pelaku maksiat menjadi panutan, bahkan syetanpun sudah enggan untuk menggoda karena tanpa digoda sudah terjerumus, mereka sudah mengarahkan diri pada kebinasaan.
Kebanyakan anak sekolah tidak melaksanakan sholat lima waktu, mereka sibuk dengan berbagai kegiatan yang melalaikan sholat. Mengerjakan sholat jika mereka sedang perlu, para guru jarang yang peduli keadaan ini, barangkali satu dari seratus guru yang memikirkan nasib remaja sekarang. Apa sebenarnya yang diperoleh dari pendidikan di sekolah?


Kualitas pendidikan tidak memadai di era globalisasi. Banyak ditemukan ketidakjujuran tatkala Ujian Akhir Nasional. Kebohongan dan kecurangan merupakan hal yang biasa dilakukan untuk mencapai tujuan. Dimanakah kejujuran? Apakah pendidikan hanya mengejar sederet nilai angka pada selembar ijasah dengan mengorbankan kejujuran? Lantas apa yang diperoleh siswa dari pendidikan, nilai atau perusakan prinsip hidup?


Di sisi lain, hidup sekarang menuntut kemampuan penguasaaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menghadapi persaingan global. Pasar bebas Cina-Asia dimulai tahun 2013 dan perdagangan bebas dunia ditetapkan 2020. Apa yang akan terjadi pada remaja yang hari ini hidupnya hanya foya-foya tanpa tujuan? Tentunya berbagai kesulitan hidup sudah menunggu. Mereka akan sulit mencari kerja maka bertambahlah deretan barisan para pengangguran.


Masalah pengangguran semakin hari semakin rumit dan membludak. Penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memproyeksikan angka pengangguran pada tahun 2009 naik 1% dari sebelumnya. Jumlah pengangguran di Indonesia sebesar 9% dari seluruh jumlah penduduk Indonesia + 220.000.000 berarti 19.800.000 orang. Jumlah ini semakin tahun semakin bertambah. Bagaimanakah nasib anak – anak kita pada saat lima belas tahun mendatang ?


Pengangguran sangat dekat dengan kriminalitas. Pencurian, dan perampokan berawal dari kebutuhan hidup yang mendesak tetapi dalam kondisi tanpa penghasilan. Maka jalan pintaslah yang ditempuh berupa tindakan kriminal. Atau menjajakan dirinya sebagai sarana pemenuhan syahwat bagi siapa yang menginginkan. Baik remaja putri maupun putra mereka berlomba menawarkan diri mereka. Dimanakah harga diri?


Bagaimakah Masa Depan Mereka ?


Jika pola asuh dan pendidikan terhadap mereka tidak diperbaiki maka keadaan generasi hari ini hancur dengan ciri: murtad dari islam, tidak bermoral, akrab dengan kejahatan, menganggur dan menjadi sampah masyarakat. Hidup mereka jadi beban keluarga ,orang tua dan negara.


Bagaimana mungkin lima belas tahun mendatang mereka hidup ,bahagia? Kondisi mental rusak, pendidikan dan kemampuan mereka tidak sepadan dengan tantangan zaman. Bisa jadi mereka hidup miskin, kufur dan termarjinalkan dari kehidupan masyarakat. Betapa pilunya orang tua bila menyaksikan kesengsaraan mereka. Lebih tragis, mereka sengsara di dunia dan akhirat.


Tolong mereka wahai para orang tua….!


Firman Allah SWT, dalam QS An Nisa ayat 9:


“Hendaklah orang-orang yang takut kepada Allah apabila meninggalkan keturunan yang lebih lemah keadaannya sebagaimana mereka khawatirkan, maka bertakwalah kepada Allah dan bertutur kata yang lebih baik."


Orang tua mempunyai kewajiban membimbing, mendidik dan membina mereka agar berkembang keimanannya, mentalnya dan penguasaan ilmu pengetahuan teknologi. Pendidikan yang dijalankan terkait kerjasama antara sekolah dan orang tua. Langkah terbaik bagi orang tua tentunya menitipkan anak-anaknya kepada sekolah yang mampu menjaga amanah. Memilih sekolah adalah hak anak tapi harus mendapat persetujuan orang tua. Karena semua yang terjadi pada anak maka orang tua harus ikut bertanggung jawab. Apalah gunanya anak dimasukkan sekolah kalau hanya menambah kufur kepada Allah? Bukankah rugi jika menyekolahkan anak ternyata akhlak (moralnya) makin buruk? Apa untungnya bersekolah bila melahirkan pengangguran? Berbagai macam pertanyaan harus dijawab bagi orang tua yang sadar dengan masa depan anak.


Wallahu a’lam bishowab.

0 komentar:

Posting Komentar

silahkan komentarnya jika ada link mati harap lapor. jazakumullah