Selasa, 03 Januari 2017

Ini Alasan Kenapa Berdakwah Tidak Harus Pakai Dalil

 Oleh : M Alie Marzen


Sabda Nabi saw :

Mudahkanlah setiap urusan dan janganlah kamu mempersulit, berilah kabar gembira dan jangan kamu membuatnya lari, dan bersatu padulah, Lantas Abu Musa berkata; Wahai Rasulullah, di daerah kami sering dibuat minuman dari rendaman madu yg biasa di sebut dgn Al Bit'u dan minuman dari rendaman gandum yang biasa di sebut Al Mizru. Maka Rasulullah menjawab: Setiap yang memabukkan adalah haram. (HR. Bukhari).

 Penjelasan Singkat

Jaman sekarang ini makin banyak aliran yang aneh-aneh gaya dakwahnya pun selalu tidak dimengerti oleh bahasa orang pada umumnya, kesannya malah seperti membaca teks daripada orang yang sedang berdakwah kepada yang lainnya, tidak jarang mereka berdakwah sampai harus detil membawakan riwayat hadits ini nomer ini diriwayatkan ini dan ini seterusnya, malah sebenarnya ilmu intinya tidak sampai mengena kedalam hati pendengarnya. Yang ada pendengarnya malah mengantuk, wahai para da'i yang mengaku bermanhaj salaf mungkin sebagian kalian salah paham terhadap perkataan ulama bahwa tidak boleh berdakwah atau berbicara kecuali sesuai dengan dalil. Bahkan ada yang memahami bahwa setiap pembicaraan harus menyertakan dalil atau tidak boleh berdakwah kecuali menghafal dalilnya. Pemahaman ini tentunya salah  tanpa meremehkan hafalan dalil, Yang benar adalah berbicara atau berdakwah walau dengan bahasa manusia umumnya tapi harus sesuai dengan dalil dan tidak boleh menyelisihinya sekalipun tidak menghafal atau tidak menyebutkan dalilnya.


  Contoh saja: memerintahkan untuk menunaikan shalat tanpa menyebut ayat atau hadis tentang shalat, sebab shalat sesuai dengan dalil perintah Allah SWT dan Rasul-Nya.Dan sebaliknya. Maka disyaratkan bagi seorang da'i untuk memahami dalil secara benar. Contoh: memerintahkan berbuat baik kepada orang tua atau berakhlak  mulia sekalipun tidak menghafal ayat atau hadis yang berkaitan dengannya.

Wahai para Da'i yang mengaku hafal ilmu hadits dan ayat al-Qur'an, kami tahu bahwa kamu memang orang intelek yang paham semua dalil dan penjelasannya, beserta rujukannya kitab-kitab ulama, tapi ingatlah tidak semua pemirsa atau pendengar atau obyek dakwah kita itu orang berilmu seperti anda bahkan kebanyakan adalah orang awam, yang hanya bisa paham dengan bahasa bahasa lugu seperti bahasa anak-anak.  Sebagai contoh dai sukses adalah Alm. KH zainudin MZ disebut dai sejuta umat karena bahasanya mampu diterima seluruh lapisan masyarakat, contohlah dia jika anda ingin jamaah anda tambah banyak dan cara dakwah anda diminati banyak orang, beliau metode dakwahnya adalah satu dalil dijabarkan dengan beribu kata, bukan satu kata dijabarkan dengan seribu dalil seperti kebanyakan dai dai muda jaman sekarang, apalagi ditambah-tambah istilah arab yang tidak semua orang awam tahu artinya, seperti contoh bahasa-bahasa istilah seperti antum, ana akhi atau ukhtifillah, ihkwanifillah, barokallahufikum dan sebagainya, lebih baik anda gunakan bahasa seperti wahai kaum muslimin yang dirahmati Allah atau wahai saudara seiman, semoga kita dapat berkah dari Allah dsb, sesuai kaidah bahasa kita. Maka hal itu akan lebih diterima banyak kalangan.

Intinya Berdakwah dibolehkan tidak pakai dalil, yang penting apa yang disampaikan tidak bertentangan dengan dalil, karena nasehat yang baik dan bijak hakikatnya adalah dakwah pula, Intinya dakwah harus dengan ilmu yang mapan tidak asal omong semaunya sendiri.

wallahualam

0 komentar:

Posting Komentar

silahkan komentarnya jika ada link mati harap lapor. jazakumullah