Senin, 21 Mei 2018

Ayat al Quran dan Hadits nabi muhammad yang melarang terorisme atau memerangi kafir tak bersalah



Berikut ini adalah hadits tentang bahaya menzalimi atau bahkan membunuh kafir yang tidak mengganggu islam atau memerangi islam. entahlah apa yang ada dalam pikiran teroris mereka saya yakin lebih tahu hadits ini akan tetapi apa yang dilakukan bertentangan apa yang ia baca.


Barangsiapa membunuh seorang kafir dzimmi, maka dia tidak akan mencium bau surga. Padahal sesungguhnya bau surga itu tercium dari perjalanan empat puluh tahun. ” (HR. An Nasa’i. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

"Barangsiapa mengganggu seorang kafir dzimmi, maka sungguh ia mengganggu saya, dan barangsiapa mengganggu saya, maka sungguh ia mengganggu Allah." (Riwayat Thabarani)


"Barangsiapa mengganggu seorang kafir dzimmi(tidak memusuhi islam), maka saya adalah musuhnya, dan barangsiapa memusuhi saya, maka akan saya musuhinya nanti di hari kiamat." (Riwayat al-Khatib)

 "Barangsiapa berlaku zalim kepada seorang kafir 'ahdi(kafir yang berada di bawah naungan pemerintah Islam), atau mengurangi haknya, atau memberi beban melebihi kemampuannya, atau mengambil sesuatu daripadanya dengan niat yang tidak baik, maka saya adalah pembelanya nanti di hari kiamat." (Riwayat Abu Daud)

Adapun membunuh orang kafir yang berada dalam perjanjian dengan kaum muslimin secara tidak  sengaja, Allah Ta’ala telah mewajibkan adanya diat dan kafaroh sebagaimana firman-Nya,


“Dan jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang mukmin. Barang siapa yang tidak memperolehnya, maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut sebagai cara tobat kepada Allah. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. An Nisaa’: 92)


"Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan adil terhadap orang-orang yang tidak memerangi kamu dalam agama dan tidak mengusir kamu dari kampung-kampungmu sebab Allah senang kepada orang-orang yang adil. Allah hanya melarang kamu bersahabat dengan orang-orang yang memerangi kamu dalam agama dan mengusir kamu dari kampung-kampungmu dan saling bantu-membantu untuk mengusir kamu; barangsiapa bersahabat dengan mereka, maka mereka itu adalah orang-orang zalim." (al-Mumtahinah: 8-9)




Minggu, 13 Mei 2018

10 Perkara Yang Sia-Sia Bila Dikerjakan Dan Menimbulkan Dosa Tanpa Sadar



Waktu adalah pedang kata nabi. barangsiapa tidak bisa memanfaatkan dengan baik waktu yang singkat ini akan membinasakan manusianya, entah dunia dan akhiratnya. Karena waktu yang digunakan sia sia pasti bernilai dosa sedangkan dosa pasti ada balasannya yang setimpal baik dunia maupun ahirat. berikut ini adalah amalan sia sia yang seharusnya tidak dikerjakan orang orang beriman karena perilaku dibawah ini selain tidak bermanfaat akan menimbulkan banyak dosa, naudzubillah.

1.  Ilmu yang tidak diamalkan 

2.  Ibadah yang sia-sia karena dilakukan tidak ikhlas dan tidak mengikuti apa yang diajarkan Rasulullah صلى الله عليه وسلم 

3.  Harta yang tidak diinfakkan, padahal orang yang mengumpulkannya tidak dapat menikmati perbendaharaan ini untuk selama-lamanya di dunia dan tidak pula dapat dipersembahkan ke hadapan Allah عزّوجلّ di akhirat kelak

4.  Hati yang kosong dari kecintaan kepada Allah سبحانه و تعالى, kerinduan terhadap-Nya, dan kenyamanan ketika berada di dekat-Nya

5. Anggota badan yang tidak dipergunakan untuk melakukan ketaatan kepada Allah عزّوجلّ 

6.  Cinta yang tidak terikat dengan keridhaan Allah سبحانه و تعالى dan tidak terkait dengan pelaksa-naan perintah-Nya

7.  Waktu tidak yang digunakan untuk meraih kebaikan dan kedekatan kepada Allah عزّوجلّ 

8.  Pikiran yang memikirkan hal-hal yang tidak bermanfaat

9.  Melayani siapa saja yang tidak membuat Anda bertambah dekat dengan Allah سبحانه و تعالى, juga tidak menghasilkan kebaikan bagi dunia Anda

10. Merasa takut dan menaruh harap kepada sesama manusia


Sepuluh hal ini bukanlah pembatasan, masih banyak aktivitas kaum muslimin yang tidak bermanfaat bahkan bisa menjadi bumerang.

Sumber kitab Al-Fawaid hlm. 153, Ibnul Qayyim, tahqiq: Hisyam bin Muhammad Sa'id

PENJELASAN MATERI



1. ILMU YANG TIDAK DIAMALKAN

Amalan adalah buah dari ilmu. Seorang yang berilmu tidak dikatakan berilmu yang sesungguhnya sampai dia mengamalkan apa yang dimilikinya. Sangat banyak dalil yang menunjukkan perintah mengamalkan ilmu yang kita miliki. Di antaranya:

Allah عزّوجلّ berfirman:

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ . صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ 

Tunjukilah kami jalan yang lurus. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. (QS al-Fatihah [1]: 6-7)

Ayat ini menunjukkan bahwa orang yang punya ilmu tetapi tidak beramal, sungguh dia telah menyerupai kaum Yahudi yang mendapat murka dari Allah عزّوجلّ. Sebaliknya, orang yang beramal tetapi tanpa ilmu, sungguh dia telah menyerupai kaum nasrani yang telah tersesat. Allah عزّوجلّ tidak menghendaki semua ini, bahkan kita diperintah untuk selalu memohon petunjuk jalan yang lurus, jalannya orang-orang yang telah diberi nik-mat dengan mewujudkan ilmu dan amal, bukan jalan orang-orang yang dimurkai dari kalangan Yahudi atau jalan orang-orang Nasrani yang tersesat.

Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ

"Barangsiapa  yang  Allah  kehendaki  kebaikan, maka akan Allah pahamkan dia dalam agama."1

Imam Ibnul Qayyim رحمه الله, ketika mengomentari hadits di atas, menuturkan, "Maksud keutamaan dalam hadits ini adalah berilmu yang mengharuskan dia beramal. Jika yang dimaksud hanya sekadar berilmu saja, maka hadits ini tidak menunjukkan bahwa orang yang paham dalam agama mendapat kebaikan."2

Al-Qur'an dan Sunnah telah memberikan ancaman keras bagi orang tidak beramal padahal dia punya ilmu, atau dia mengajak kebaikan dan beramal tetapi dirinya sendiri tidak mengerjakannya. Sungguh ini adalah perkara yang tidak bermanfaat sama sekali. Di antara dalil-dalil yang menunjukkan ancaman keras tersebut adalah:

أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلا تَعْقِلُونَ 

Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca al-Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir? (QS al-Baqarah [2]: 44)

Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

لَا تَزُولُ قَدِمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ أَرْبَعِ خِصَالٍ؟ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ؟ وَعَنْ شَبَابِهِ فِيمَا أَفْلاَهُ؟ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ؟  وَعَنْ عَلِمهِ مَاذَا عَمِلَ فِيه؟ِ

"Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam pada hari Kiamat hingga ditanya empat perkara: tentang umurnya untuk apa dihabiskan, masa mudanya untuk apa digunakan, hartanya dari mana didapat dan ke mana disalurkan, serta ilmunya apa yang ia perbuat."3

Abu Darda' رضي الله عنه mengatakan, "Aku khawatir pada hari Kiamat nanti Allah akan memanggilku di hadapan para makhluk seraya mengatakan, "Wahai Uwaimir, apa yang engkau kerjakan terhadap ilmu yang engkau punya?"

Khathib al-Baghdadi رحمه الله berkata, "Aku wasiatkan kepadamu, wahai penuntut ilmu, untuk mengikhlaskan niat ketika belajar, mengorbankan jiwa untuk mengamalkan tuntutan ilmu tersebut, karena ilmu ibarat pohon dan amalan adalah buahnya. Tidaklah orang itu dianggap alim bila tidak mengamalkan ilmunya. Janganlah engkau lupa beramal selama engkau bergelut dengan ilmu, tetapi gabungkanlah keduanya, ilmu dan amal. Sedikit dari ilmu dan disertai sedikit dari amalan lebih selamat dampaknya. Maksud dari ilmu adalah untuk diamalkan, sebagaimana maksud dari beramal adalah menggapai keselamatan, apabila dia meremehkan beramal dari ilmunya, maka itu akan membawa petaka bagi pemiliknya. Kita berlindung kepada Allah سبحانه و تعالى dari ilmu yang membawa petaka, mewariskan kehinaan yang menjadi harta curian bagi pemiliknya."4
-------------------------------------------------------------------------------
1.     HR Bukhari: 71, Muslim: 1037
2.     Miftah Dar as-Sa 'adah 1/65
3.     Lihat ash-Shahihah no. 946
4.     Iqtidha' al-'Ilmi al-'Amal hlm. 18



2. AMALAN YANG DILAKUKAN TIDAK IKHLAS DAN TIDAK MENGIKUTI APA YANG DIAJARKAN RASULULLAH صلى الله عليه وسلم

Syarat agar sebuah amalan berbuah manis— atau dengan kata lain: diterima oleh Allah—ada dua: Pertama: ikhlas. Kedua: mencontoh Nabi صلى الله عليه وسلم.

Sangat banyak dalil yang menerangkan dua syarat ini, di antaranya Allah عزّوجلّ berfirman:

لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً 

Supaya dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. (QS al-Mulk [67]: 2)

Fudhail bin Iyadh رحمه الله menafsirkan ayat di atas dengan perkataannya, "Maksud ayat ialah yang paling ikhlas dan paling sesuai dengan syari'at." Kemudian ditanyakan kepadanya, apa yang dimaksud dari paling ikhlas dan paling sesuai dengan syari'at. Beliau menjawab, "Sesungguhnya amalan apabila ikhlas tetapi tidak sesuai dengan syari'at maka tidak diterima, demikian pula apabila sesuai dengan syari'at tetapi tidak ikhlas maka tidak diterima, sampai amalan tersebut ikhlas dan sesuai dengan syari'at."1

Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

"Barangsiapa mengamalkan suatu amalan yang tidak termasuk urusan kami maka tertolak."2

Berkata al-Hafizh Ibnu Rajab al-Hambali رحمه الله, "Hadits ini secara kontekstual menunjukkan bahwa setiap amalan yang tidak ada perintah syar'i di dalamnya, maka amalan tersebut tertolak. Sebaliknya dapat dipahami pula bahwa setiap amalan yang ada perintahnya maka amalan tersebut diterima, maksud perintah di sini adalah agama dan syari'atnya."3

Maka sangat merugi dan tidak berguna sama sekali amalan yang tidak ikhlas dan tidak mencontoh Nabi صلى الله عليه وسلم. Perhatikanlah, wahai saudaraku seiman.
--------------------------------------------------------------------------------
1.     Madarij 'Ubudiyyah hlm. 26
2.     HR Muslim: 1718
3.     Jami' al-'Ulum wal Hikam 1/177


3. HARTA YANG TIDAK DIINFAKKAN DI JALAN ALLAH TA'ALA

Ketahuilah, harta hanyalah titipan dari Allah عزّوجلّ yang akan diminta pertanggungan jawabnya. Berdasarkan hadits yang telah berlalu: "Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam pada hari Kiamat hingga ditanya empat perkara: tentang umurnya untuk apa dihabiskan, masa mudanya untuk apa digunakan, hartanya dari mana didapat dan ke mana disalurkan, serta ilmunya apa yang ia perbuat."1

Sudahkah kita merenungi dan bertanya pada diri kita masing-masing tentang harta kita, dari mana didapat dan ke mana disalurkan?? Apakah kita mendapatkannya dari cara yang halal ataukah yang haram?? Lantas ke manakah harta kita disalurkan?

Renungkanlah nash-nash berikut ini yang memberikan ancaman yang sangat keras bagi orang   yang   mempunyai   harta   tetapi   tidak menunaikan hak yang semestinya. Allah عزّوجلّ berfirman:

وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلا يُنْفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ . يَوْمَ يُحْمَى عَلَيْهَا فِي نَارِ جَهَنَّمَ فَتُكْوَى بِهَا جِبَاهُهُمْ وَجُنُوبُهُمْ وَظُهُورُهُمْ هَذَا مَا كَنَزْتُمْ لأنْفُسِكُمْ فَذُوقُوا مَا كُنْتُمْ تَكْنِزُونَ 

Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi, lambung, dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu." (QS at-Taubah [9]: 34-35)

Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda, "Tidaklah seseorang meninggal dunia kemudian dia meninggalkan kambing, unta, atau sapi yang dia tidak menunaikan zakatnya kecuali hewan tersebut akan datang pada hari Kiamat dalam keadaan yang lebih besar, hingga hewan itu menginjaknya dan menusuk dengan tanduknya hingga Allah memutuskan perkaranya di antara manusia."2
-------------------------------------------------------------------------------
1.     HR Tirmidzi: 2416, Abu Ya'la dalam Musnad-nya 2/254, Thabarani dalam Mu'jam Kabir 1/48/1. Lihat ash-Shahihah no.946
2.     HR Bukhari: 1337, Muslim: 988


4. HATI YANG KOSONG DARI KECINTAAN KEPADA ALLAH, KERINDUAN TERHADAP-NYA, DAN KENYAMANAN KETIKA BERADA DI DEKAT-NYA

Orang yang beriman adalah yang hatinya selalu terikat dengan Allah عزّوجلّ. Relung hatinya dipenuhi rasa cinta kepada-Nya. Dengan rasa cin-ta ini, dia akan merasakan manisnya iman dan akan selalu melaksanakan ibadah dengan baik dan selalu menjauhi larangan-Nya. Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ

"Ada tiga perkara yang jika terdapat pada diri seseorang maka dia akan mendapati manisnya iman: jika dia lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya daripada selain keduanya, jika dia mencintai seseorang tidak lain karena Allah, jika dia beci kembali pada kekafiran setelah Allah menyelamatkan darinya sebagaimana dia beci untuk dilemparkan ke dalam neraka."1
--------------------------------------------------------------------------------
1.     HR Bukhari: 16, Muslim: 43


5. ANGGOTA BADAN YANG TIDAK DIPERGUNAKAN UNTUK MELAKUKAN KETAATAN KEPADA ALLAH

Setiap amalan yang kita kerjakan di dunia ini akan ditanya oleh Allah صلى الله عليه وسلم pertanggungjawabannya. Semua anggota badan kita akan bersaksi atas apa yang kita amalkan. Allah سبحانه و تعالى berfirman:

يَوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ أَلْسِنَتُهُمْ وَأَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ 

Pada hari (ketika), lidah, tangan, dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. (QS an-Nur [24]: 24)

Sadarlah, wahai saudaraku, atas nikmat anggota badan yang kita miliki. Bersyukurlah atas pemberian Allah عزّوجلّ ini tatkala sebagian manusia tidak menyadarinya, bahkan mereka menggunakan nikmat ini dalam perkara yang tidak bermanfaat dan ketakwaan. Mereka tidak menggunakan lisan mereka untuk membaca al-Qur'an, atau berbicara kebaikan!! Justru malah sebaliknya, mereka pakai untuk perkara-perkara yang haram seperti menggunjing, namimah (adu domba), dusta!! Kaki mereka pakai untuk berjalan ke tempat maksiat, mata untuk memandang yang haram, dan seterusnya. Allah Musta'an ... tentu ini adalah perkara yang sia-sia dan tidak bermanfaat.


6. CINTA YANG TIDAK TERIKAT DENGAN KERIDHAAN ALLAH DAN TIDAK TERKAIT DENGAN PELAKSANAAN PERINTAH-NYA

Cinta yang menghalangi ibadah kepada Allah عزّوجلّ, atau cinta buta hingga membutakan hati dan akal sehat sehingga membawanya terjatuh pada keharaman Allah berupa zina!! Atau cinta kepada sesama jenis. Semua ini adalah tercela dan tidak berguna!

Gelora cinta yang membara semacam ini bisa membawa pada murka dan laknat dari Allah عزّوجلّ. Kecintaan semacam inilah yang mendatangkan murka Allah kepada kaum Luth. Allah سبحانه و تعالى berfirman:

لَعَمْرُكَ إِنَّهُمْ لَفِي سَكْرَتِهِمْ يَعْمَهُونَ 

(Allah berfirman): "Demi umurmu (Muhammad), sesungguhnya mereka terombang-ambing di dalam kemabukan (kesesatan)." (QS al-Hijr [15]: 72)


7. WAKTU YANG TIDAK DIMANFAATKAN MERAIH KEBAIKAN DAN KEDEKATAN KEPADA ALLAH

Orang yang semacam ini adalah orang yang merugi, tidak berguna dan tidak meraih manfaat. Sungguh al-Qur'an dan Sunnah telah banyak berbicara tentang urgensi waktu. Allah سبحانه و تعالى telah menyebutkan bahwa waktu adalah nikmat yang besar, ladang untuk menuai kebaikan. Allah عزّوجلّ berfirman:

وَالْعَصْرِ . إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ . إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ 

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran. (QS al-'Ashr [103]: 1-3)

Imam Hasan al-Bashri رحمه الله berkata, "Tidaklah berlalu sebuah hari bagi seorang anak Adam kecuali hari itu akan berkata padanya, 'Hai anak Adam, aku adalah harimu yang baru, dan apa yang engkau kerjakan untukku akan menjadi saksi. Apabila aku telah pergi, aku tak akan kembali lagi, kerjakanlah sesukamu dengan segera dan engkau akan menjumpainya di hadapanmu, dan akhirkanlah sesukamu maka dia tidak akan kembali kepadamu. "1
--------------------------------------------------------------------------------
1.     Aina Nahnu min Haula' 2/16, Abdul Malik al-Qashim


8. PIKIRAN YANG MEMIKIRKAN HAL-HAL YANG TIDAK BERMANFAAT

Tanda bagusnya agama seseorang adalah dengan meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat. Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ

"Di antara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat baginya."[1]

Memikirkan sesuatu yang tidak bermanfaat contohnya seperti "Siapakah yang menciptakan Allah?", "Apakah alam akhirat akan hancur dan digantikan kehidupan yang baru?" semua ini harus ditinggalkan agar hati menjadi tenang dan tenteram.

Imam Ibnul Qayyim رحمه الله mengatakan, "Pokok bagusnya ketenangan jiwa adalah dengan menyibukkan diri dalam perkara yang bermanfaat. Dan hancurnya jiwa adalah dengan tenggelam dalam perkara yang tidak bermanfaat." [2]
-------------------------------------------------------------------------------
1.     Hadits hasan. Lihat Jami' al-'Ulum wal Hikam 1/287
2.     Al-Fawaid hlm. 177


9. MELAYANI SIAPA SAJA YANG TIDAK MEMBUAT ANDA BERTAMBAH DEKAT DENGAN ALLAH, JUGA TIDAK MENGHASILKAN KEBAIKAN BAGI DUNIA ANDA

Menyenangkan sekali jika punya teman yang bisa membantu kita dalam taqarrub (pendekatan diri) dan ketaatan kepada Allah سبحانه و تعالى. Sehingga ketika kita melayani dan membantunya juga akan dengan senang hati. Akan tetapi, sangat merugi jika teman atau sahabat yang kita layani dan kita bantu adalah orang yang jelek, tidak bisa membantu semakin dekat kepada Allah dan juga tidak berguna untuk kebaikan dunia. Maka hendaknya teman seperti ini ditinggalkan. Buktinya, dalam memilih istri saja kita diperintah mencari istri yang baik yang dapat membantu dalam perkara dunia dan ketaatan kepada Allah عزّوجلّ. Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

وَزَوْجَةٌ صَالِحَةٌ تُعِيْنُكَ عَلَى أَمْرِ دُنْيَاكَ وَدِيْنِكَ خَيْرٌ مَااكْتَنَزَ النَّاسُ

"Istri yang shalihah yang membantumu dalam perkara duniamu dan agamamu adalah sebaik-baiknya simpanan yang dimiliki manusia."1

Oleh karena itu, wahai saudaraku, jauhilah teman atau siapa pun yang jelek yang tidak bermanfaat untuk kebaikan dunia dan akhirat kita.
--------------------------------------------------------------------------------
1.     HR Baihaqi. Hadits shahih. Lihat Shahih al-Jami': 4285


10.MERASA TAKUT DAN MENARUH HARAP KEPADA ORANG YANG UBUN-UBUNNYA DI TANGAN ALLAH

Rasa takut dan harap kita hanyalah kepada Allah. Karena, Dialah yang Mahasempurna, Dialah yang berhak kita harapkan bantuan dan pertolongannya. Adapun selain Allah سبحانه و تعالى, semuanya adalah makhluk yang lemah, tidak bermanfaat sedikit pun. Hanyalah takut dan berharap kepada Allah عزّوجلّ yang bisa mendatangkan manfaat. Allah عزّوجلّ berfirman:

وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ 

Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Rabbnya ada dua surga. (QS ar-Rahman [55]: 46)

Imam Ibnu Katsir رحمه الله berkata, "Yaitu orang yang takut ketika menghadap Rabbnya, takut akan hukum Allah عزّوجلّ, maka dia menahan nafsunya, hingga dia kembali menuju ketaatan kepada Rabbnya maka tempat kembalinya adalah surga."1

Adapun takut kepada selain Allah عزّوجلّ hanya mendatangkan penyesalan dan kerugian. Yaitu perasaan takut kepada selain Allah سبحانه و تعالى dari bangsa patung, thaghut, setan, dan lain-lain. Perasaan takut semacam ini adalah takut yang salah; firman-Nya:

أَلَيْسَ اللَّهُ بِكَافٍ عَبْدَهُ وَيُخَوِّفُونَكَ بِالَّذِينَ مِنْ دُونِهِ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ 

Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hamba-Nya. dan mereka mempertakuti kamu dengan (sembahan-sembahan) yang selain Allah? Dan siapa yang disesatkan Allah maka tidak seorang pun pemberi petunjuk baginya. (QS az-Zumar [39]: 36)

Allahu A'lam


Download Ebook Kunci Kebahagiaan Karya Ibnul Qoyyim



Penults:

Ibnu Qayyim al-Jauziyyah

Penerjemah:

Abdul Hayyie al-Katani, dkk

Penyunting:

Harlis Kurniawan S.S.

M. Khairuddin Rendusara. SHi

Habibullah Rasidin, Lc, SE.

Desain Sampul:

Edo Abdullah

Perwajahan Isi & Penata Letak:

Ahmad Shofyan

Penerbit:

Po. Box. 8731/JKSKB Jakarta 12830. Telp:

(21)      87781922, 70832129 Fax: (021) 87781922, e-mail: akmed@cbn.net.id



DOWNLOAD EBOOK